Kita perlu meniru orang-orang Tiongkok yang sangat bangga, bahkan fanatik, dengan produksi negaranya. Apa pun kata orang tentang barang-barang made in China yang buruk mutunya, mereka tetap bangga menggunakannya.
Bisa jadi para cungkuo ren ini tidak tahu kalau ponsel cungkuo sering diledek orang Indonesia di kota-kota besar. Nona Yen dari Shanghai misalnya selalu pamer plus promosi ponsel nokia ala Tiongkok.
"Ini balang bagus sekali dan mulah. Buat apa pakai hape yang mahal," kata nona yang sudah tiga tahun tinggal di Surabaya ini.
Tak hanya hape, nona cakep ini selalu membawa oleh-oleh camilan dari Shanghai seperti manisan, permen, teh pahit, dsb. Sambil tak lupa bilang semuanya barang bagus dan enak.
Suatu ketika, di sela makan siang, ada orang tionghoa Surabaya yang membahas ponsel pintar. Dia kecam habis ponsel-ponsel cungkuo yang murah dan jelek kualitasnya. Memakai barang buatan Tiongkok bikin gengsi jatuh.
"Tidak bisa xiangshen, hape cungkuo itu bagus," protes Nona Yen.
Kemudian dia nerocos dalam bahasa Mandarin yang sangat cepat. Saya sama sekali tidak paham kecuali xiangshen yang artinya mister atau tuan atau bapak.
Semua orang Indonesia tahu kualitas produk Tiongkok itu kayak apa. Tapi diam-diam saya kagum dengan sikap Nona Yen (juga banyak orang RRT lain di Surabaya) yang sangat cinta produk negerinya. Mereka punya AIGUO yang sangat tinggi. Semangat cinta negara Cungkuo, terlepas dari kelemahan dan kekuragannya.
Sebaliknya, kita orang Indonesia sudah lama dijangkiti XENOFILIA, meminjam istilah Jaya Suprana. Yakni semacam penyakit gandrung berlebihan terhadap segala sesuatu dari luar negeri, khususnya Barat. Kalimat-kalimat bahasa Indonesia sekarang pun sepertinya harus ada frase, ungkapan, atau kata English. Makin nginggris makin keren dan modern.
Maka, kampanye CINTAILAH PLODUK-PLODUK INDONESIA dari taipan Alim Markus layak dipujikan. Meskipun belum tentu Alim Markus sendiri menggunakan ploduk-ploduk dalam negeli.
0 Response to "Aiguo orang-orang Tiongkok"
Posting Komentar