Selama 10 tahun SHINTA WIBISONO aktif mengadakan bakti sosial operasi katarak gratis di Surabaya. Ibu yang masih gesit di usia 66 tahun ini bahkan turun langsung ke kampung-kampung untuk mencari calon pasien. Berikut petikan percakapan LAMBERTUS HUREK dengan Ibu Shinta Wibisono:
Sudah berapa lama Anda melakukan bakti sosial operasi katarak?
Tidak terasa sekarang sudah memasuki tahun kesepuluh. Operasi katarak sudah 10 tahun, sunatan massal juga 10 tahun. Puji Tuhan, pelayanan kami ini sudah bisa dinikmati banyak orang, khususnya yang mengalami gangguan penglihatan karena katarak.
Total berapa pasien yang sudah Anda layani?
Waduh, sudah lupa. Yang, sudah jelas banyak sekalilah. Terakhir kemarin pasien operasi katarak 46 pasien, tahun lalu 98 pasien. Tahun ini jumlah pasien berkurang karena saat yang hampir bersamaan juga ada operasi katarak di tempat lain. Ini juga bagus karena di Indonesia ini masih sangat banyak saudara-saudari kita yang punya gangguan mata. Tapi kesempatan untuk operasi sangat terbatas.
Kalau sunatan massal berapa orang?
Rata-rata setiap kali baksos pasiennya lebih dari 100 orang. Operasi dari pagi sampai malam.
Tim dokter dari mana?
Kalau operasi katarak, kami kerja sama dengan Perdami: Persatuan Dokter Mata Indonesia dan RSUD dr Soetomo. Syukurlah, setiap enam sampai delapan bulan sekali kami melakukan baksos operasi katarak (gratis) untuk warga kurang mampu. Saking seringnya, saya membuat kamar operasi di klinik saya yang steril agar bisa dipakai operasi setiap saat.
Ada pengalaman berkesan selama Anda mengadakan baksos operasi katarak?
Sangat banyak. Kita bisa bayangkan bagaimana rasanya orang yang tidak bisa melihat sama sekali. Waktu operasi terakhir kemarin seorang ibu bernama Bu Suma begitu girangnya karena bisa melihat kembali setelah mengalami kebutaan selama delapan tahun. Bayangkan, delapan tahun ibu itu tidak bisa meliha apa pun dan akhirnya sekarang bisa melihat. Dia panik, teriak-teriak... karena sangat senangnya. Saya juga ikut bahagia dan bersyukur kepada Tuhan atas keberhasilan operasi itu.
Ngomong-ngomong, bagaimana cara Anda mencari pasien operasi katarak selama 10 tahun ini?
Saya turun sendiri ke lapangan. Saya ke mana-mana selalu membawa brosur di mobil saya. Di berbagai tempat saya berhenti, turun untuk menempelkan brosur pengumuman bahwa akan ada operasi katarak gratis. Puji Tuhan, cara ini ternyata efektif.
Suka Nyanyi, Kagumi Pavarotti
Sejak remaja Shinta Wibisono aktif di paduan suara. Aktivitas musikal di Sekolah Santa Ursula, Jakarta, ini ternyata terus membekas hingga dewasa. Di sela kesibukannya yang sangat padat, Shinta berusaha agar bisa tetap melakukan latihan olah vokal.
"Fokus saya tetap di pelayanan. Kalaupun saya membawa paduan suara ke mana-mana, tujuan utamanya tetap pelayanan sambil rekreasi," kata Shinta yang kini menjadi pembina Paduan Suara Spectrum Surabaya.
Kor ibu-ibu ini terbentuk secara tidak sengaja. Anggotanya pun bukan orang-orang yang punya kualitas vokal sangat baik. Maklum, ibu-ibu ini awalnya cuma berkumpul secara rutin untuk arisan saja. "Kalau sekadar arisan, ya, nggak asyik," kata ibu dua anak itu.
Lalu, Shinta menggagas latihan paduan suara peserta arisan ibu-ibu itu. Pelatih profesional didatangkan. Dari situlah teknik vokal mereka mulai terbentuk. Paduan suara amatir ini kemudian ditampilkan di berbagai event, mulai dari Marga Huang, Gereja Katolik Redemptor Mundi, Gereja Hok Im Tong, Gereja Mawar Sharon, bahkan ke luar negara. Juga mengisi acara-acara komunitas Tionghoa.
"Kalau kami kebetulan jalan-jalan ke Singapura atau Kuala Lumpur, kami lakukan pelayanan bersama paduan suara itu," katanya bangga.
Shinta sendiri mengaku sangat gandrung menikmati vokal Luciano Pavarotti. Suara penyanyi tenor asl Italia itu selalu memberi inspirasi bagi dirinya untuk menyanyi sebaik mungkin bersama anggota kor lainnya. Ketika tampil di panti jompo sekalipun, Shinta dan kawan-kawan berusaha memberikan yang terbaik.
"Dua tiga bulan sekali kami berkunjung ke panti jompo dan menyanyi di sana, selain melayani para oma opa," katanya.
Selain menyanyi, Shinta Wibisono senang merangkai bunga. Ternyata ibu-ibu Huang di Surabaya juga punya hobi yang sama. Maka, sebagai pengurus perkumpulan itu, Shinta mengagendakan semacam kursus atau pelatihan merangkai bunga.
Belum lama ini kediaman Shinta Wibisono dijadikan kelas merangkai bunga ala Jepang alias ikebana. Konjen Jepang sendiri yang memandu ibu-ibu membuat rangkaian bunga secantik mungkin.
"Awalnya acara itu mau diadakan di sekretariat marga Huang yang luas. Tapi beliau minta diadakan di rumah saja agar tidak diketahui orang luar," tuturnya.
Tak dinyana, acara pelatihan ikebana ini bocor ke media. Banyak wartawan yang datang ke rumahnya untuk meliput program informal itu. "Akhirnya, acara di rumah saya itu diliput berbagai media massa," kata penggemar bunga casablanca itu.
Sebelumnya Shinta juga mengajak instruktur lokal seperti Siti Supangkat untuk memberikan pelatihan merangkai bunga kepada ibu-ibu margga Huang. Hasilnya tidak sia-sia. Shinta dan kawan-kawan pun mencoba menghiasi rumah masing-masing dengan bunga rangkaian sendiri.
"Kalau rangkaian saya sih belum bagus," katanya merendah.
BIODATA SINGKAT
Nama : Shinta Wibisono
Lahir : Jakarta, 1 Juni 1946
Suami : Agus Wibisono
Keturunan : 2 anak, 4 cucu
Hobi : menyanyi, merangkai bunga
Pekerjaan : Pengusaha, pemilik Dian Clinic Surabaya
Alamat : Jl Trunojoyo Surabaya
Organisasi :
Paguyuban Marga Huang Jatim
Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMMI)
Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI)
Paduan Suara Spectrum
Penyanyi favorit : Luciano Pavarotti
Moto : Share with people
Pendidikan
TK-SMA di SMAK Santa Ursula Jakarta
Universitas Indonesia
0 Response to "Shinta Wibisono rutin gelar operasi katarak gratis"
Posting Komentar