Gereja Mormon di Jawa Timur

blogger templates

Sekte Mormon sebenarnya sudah lama ada di Indonesia tapi kurang digubris masyarakat. Orang-orang kristiani dari semua denominasi, entah Katolik, Protestan, Evangelis, Baptis, Karismatik, Pentakosta, dsb juga cenderung mengabaikannya karena dianggap bukan gereja. Mormon hanya dianggap sebagai aliran nonkristen dari Amerika Serikat (USA) yang hanya memakai kedok atau label Kristen.

Karena itu, dulu pada 1970an hingga 1980an Sekte Mormon ini dianggap aliran sesat yang perlu dilarang seperti Saksi Yehuwa. Tekanan gereja-gereja arus utama itu pernah berhasil tapi belakangan tidak bisa menahan tekanan balik Amerika Serikat atas nama human rights. Maka, Sekte Mormon pun mulai bebas mendirikan gereja di beberapa kota.

Ketika masih bersekolah di SMAN 1 Malang, tiap hari saya jalan kaki di depan GEREJA YESUS KRISTUS DARI ORANG-ORANG SUCI ZAMAN AKHIR di Jalan Sultan Agung. Sebab, gereja itu memang bertetangga dengan SMAN 3 dan SMAN 1 Malang.

"Gereja yang aneh," pikir saya. Maklum, saya jarang sekali melihat jemaat ramai-ramai kebaktian, latihan paduan suara, bikin acara anak muda, layaknya gereja-gereja lainnya.

Ketika saya bertanya kepada teman-teman saya yang Protestan, dan Pentakosta, yang kebetulan aktivis gereja dan keluarga pendeta, mereka tidak tahu aliran apa gereja ini. Belakangan baru saya tahu apa gerangan Gereja Mormon, sejarah, doktrin, cara penginjilan dengan naik sepeda pancal  berdua-dua, pakai kemeja putih plus dasi... setelah membaca beberapa buku tentang sejarah gereja.Khususnya buku bagus yang ditulis Pendeta Aritonang!

Yang justru jadi fokus perhatian gereja-gereja mainstream di Indonesia adalah gebrakan gereja-gereja aliran Haleluya yang luar biasa sejak 1980an. Maklum, gereja-gereja baru ini sangat berhasil "mencuri" begitu banyak domba dari kandang lain. Rebutan jemaat, gonta-ganti gereja, menjadi fenomena biasa. Gereja-gereja Haleluya ini tumbuh luar biasa di ruko, hotel, gedung ekspo, restoran, bahkan garasi. Apa pun bisa dijadikan tempat kebaktian.

Sebaliknya, Gereja Mormon meskipun suka melakukan penginjilan keliling dengan sepeda pancal ternyata tidak laku (atau belum laku). Tidak membuat jemaat gereja-gereja lama terpukau seperti gereja Haleluya alias Karismatik. Apalagi propagandis Mormon ini kebanyakan orang bule Amerika yang dianggap kurang berbahaya.

Karena itu, sampai sekarang umat Nasrani di Indonesia umumnya tidak melihat mormonisme sebagai ancaman serius. Biarkan saja, toh tidak punya jemaat.



Kalau di Malang sudah berdiri Gereja Mormon alias OSZA sejak 1980an, Surabaya malah tak ada gereja terbuka. Orang-orang nasrani, bahkan beberapa pendeta, yang saya tanya ternyata tidak tahu keberadaan Mormon di ibukota provinsi Jawa Timur ini.

Gereja Mormon baru berdiri tahun lalu (2011) di Jalan Upajiwa, Ngagel, samping AJBS. Saya yang hampir setiap hari lewat di situ terkejut karena tiba-tiba muncul bangunan yang persis sama dengan Gereja Mormon di Malang. Tak banyak orang Surabaya yang sadar bahwa bangunan itu gereja aliran Mormon dari USA.

Beberapa minggu kemudian papan nama dipasang. Tulisan dan font-nya sama dengan di Malang: GEREJA YESUS KRISTUS DARI ORANG-ORANG SUCI ZAMAN AKHIR. Hebat! Ketika gereja-gereja lain kesulitan mendapat izin mendirikan gereja baru, Gereja Mormon yang jemaatnya sangat-sangat sedikit malah bisa bikin gereja mentereng di lokasi yang sangat strategis.

Orang kemudian mengaitkan dengan lobi Amerika yang Mormonnya sangat kuat. Bahkan, calon presiden Amerika Serikat  Mitt Romney itu ternyata pentolan Gereja Mormon di Amerika Serikat. Ada juga yang mengaitkan dengan kunjungan Presiden Abdurrahman Wahid (almarhum) ke kota markas Mormon, Salt Like City, untuk berobat beberapa tahun silam.

Tapi secara umum umat kristiani di Indonesia tenang-tenang saja karena menganggap aliran Mormon itu bukan Kristen meskipun nama resmi gerejanya pakai nama Gereja Yesus Kristus. Mormon dianggap agama yang berbeda dengan agama Kristen atau Katolik yang sudah mapan di Indonesia.

"Ngapain ngurusin Mormon? Gereja-gereja itu mendingan ngurus jemaatnya masing-masing," kata seorang aktivis gereja di Surabaya.

Gereja Mormon juga sudah mencetak KITAB MORMON dalam bahasa Indonesia. Saya kebetulan menemukan buku 685 halaman itu di pasar buku bekas Jalan Semarang. Saya terkejut melihat buku bersampul hitam, mirip Alkitab terbitan Lembaga Alkitab Indonesia, tapi ternyata bukan kitab sucinya orang Nasrani. Buku suci Sekte Mormon ini antara lain terdiri dari kitab Nefi, Yakub, Enos, Yarom, Omni, Mormon, Mosia, Alma, Helaman, Eter, dan Moroni.

Paling tidak, saya sudah membaca sedikit ajaran Joseph Smith, yang dianggap sebagai nabinya pengikut Sekte Mormon di seluruh dunia. Tuan Smith ini mendaku mendapat wahyu dari malaikat, kemudian menuliskan ajaran-ajarannya Kitab Mormon tersebut.

Bagi orang yang sejak kecil sudah membaca Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, terus terang saja, Kitab Mormon ini terasa ruwet dan kurang menarik.  Belum lagi terjemahannya dalam bahasa Indonesia ini tidak bagus.Makin dibaca malah kita makin bingung.

0 Response to "Gereja Mormon di Jawa Timur"

Posting Komentar