Malang sejak dulu dikenal sebagai kota apel di Jawa Timur. Sayang, kualitas apel malang makin lama makin jelek. Keras, kecut, tak bisa dinikmati sebagai buah segar.
Citra apel malang makin hancur sejak apel impor bebas masuk ke tanah air. Kita akhirnya tahu dan sadar bahwa ternyata mutu apel impor jauh lebih baik ketimbang yang di Malang itu. Apalagi harganya tidak jauh berbeda.
Karena itu, tadi saya lihat para pemudik lebaran dari Jakarta tidak mau membeli apel malang di Malang untuk oleh-oleh. Percuma, tidak disukai orang. Buat apa beli apel malang kalau di Jakarta banyak apel impor yang lebih ciamik dan manis.
Sayang, seperti biasa, pemerintah dan ahli-ahli kita kurang tanggap. Tidak melakukan riset untuk menemukan apel malang kualitas unggul yang tak kalah enak dengan apel impor. Atau, menanam varietas apel unggulan yang lebih enak ketimbang yang ada sekarang.
Para petani berdasi pun seperti kehilangan akal. Bukannya mendorong ditemukannya varietas unggul, malah minta perlindungan dari apel impor. Permintaan yang sulit di era perdagangan bebas.
Andaikan apel malang itu bagus, setidaknya mendekati apel washington, masyarakat akan rame-rame membeli apel malang. Kasus apel malang ini sama dengan durian bangkok yang lebih disukai konsumen karena enak, tebal, maknyus. Sementara duren-duren lokal tetap saja jelek dan tipis dagingnya.
Begitulah. Indonesia memang kurang serius menggarap agrobisnis meskipun selalu mengklaim negara agraris. Pemkab Malang, Pemkot Malang, dan Pemkot Batu rupanya lebih asyik mengurus pilkada dan sepakbola ketimbang budidaya dan pemuliaan tanaman apel.
Maka, bukan tak mungkin suatu ketika kita tak lagi menemukan apel malang di pasar karena memang tidak laku. Moga-moga Presiden SBY yang juga doktor pertanian mau memikirkan jutaan petani kita yang makin tergencet pasar bebas dunia itu.
0 Response to "Apel malang tidak laku"
Posting Komentar