![]() |
Lin Dan juara Olimpiade 2012 London. |
Boro-boro dapat emas, kali ini Indonesia hanya dapat malu di London. Kita gagal total di Olimpiade 2012. Tak ada emas, perak, perunggu bulutangkis. Padahal dulu kita dianggap sebagai negara kuat, elite badminton dunia.
Prestasi bulutangkis kita tinggal catatan sejarah. Generasi emas berlalu. Regenerasi gagal. Bayangkan, Taufik yang dapat emas di Athena 2004 masih ikut memperkuat tim Indonesia. Pemain-pemain di bawah Taufik sangat jauh kualitasnya. Kita bahkan tidak hafal nama-nama pemain badminton kita karena prestasinya memang tidak ada.
Saya sedang menyaksikan siaran langsung pertandingan pemain Tiongkok vs Korea Selatan. Kelihatan sekali kalau RRT jauh di atas pemain-pemain lain di dunia. Perkecualian hanya Li Cungwei dari Malaysia yang bisa mengimbangi Lin Dan.
Postur, teknik, strategi, stamina, gerak tipu, kecerdasan pemain China memang di atas pemain lain. Sehingga, kita tidak boleh iri RRT bisa dengan mudah menghabisi lawan-lawannya.
Saya sebetulnya terlalu sering membahas nasib badminton di negara yang pernah melahirkan Rudi Hartono, Lim Suiking, Alan Budikusuma, Susi Susanti, Taufik Hidayat, Lius Pongoh, Ardy BW, atau Icuk Sugiarto. Kita sulit menyalahkan PBSI karena krisis ini sudah kelihatan sejak 15 tahun terakhir.
Saya mencermati anak-anak Tionghoa sudah lama tidak main bulutangkis. Mereka fokus sekolah tiga bahasa, les piano, kursus macam-macam... tak ada waktu untuk main bulutangkis. Olahraga raket ini tidak menjamin masa depan yang baik. Dan itu terlihat dari mantan-mantan pemain bulutangkis yang pernah berjaya di masa lalu.
Juara-juara bulutangkis kita dulu sengaja mengorbankan sekolah demi prestasi. Tidak sempat kuliah. Tidak fokus bisnis. Hasilnya memang luar biasa tapi tidak diimbangi dengan penghargaan dari negara. Bahkan, naturalisasi pun dipersulit.
Lha, hari gini anak siapa yang mau habis-habisan berlatih badminton, menomorduakan sekolah, tanpa jaminan masa depan yang baik? Rupanya, kita perlu belajar dari RRT bagaimana menjamin masa depan atletnya seumur hidup.
0 Response to "Senja kala bulutangkis kita"
Posting Komentar