Budaya olahraga di Tiongkok

blogger templates


Olimpiade di London baru saja usai dan atlet RRT (Republik Rakyat Tiongkok) kembali menunjukkan kedigdayaannya. Meski berada di posisi kedua setelah USA, semua orang mengakui prestasi atlet-atlet negeri panda itu.

Mengapa RRT sedemikian perkasa?

"Sebab olahraga sudah menjadi budaya dan bagian hidup masyarakat RRT," kata Harsono, mahasiswa sebuah universitas di Xiamen, Provinsi Fujian.

Meski sibuk bekerja atau belajar, penduduk RRT tak pernah lupa berolahraga. Saat subuh orang-orang sudah terlihat jalan kaki baik sendiri maupun bersama-sama. Ada juga yang menekuni senam taiji khususnya lansia. Senam yang dimodifikasi menjadi senam tera Indonesia ini sangat bagus untuk kesehatan karena berkaitan erat dengan pernapasan.

Menurut Harsono, olahraga kebugaran ini tak hanya dilakukan pagi hari tapi juga sore dan malam hari. Pukul 23 masih banyak orang yang asyik gerak badan di taman-taman. Para mahasiswa juga begitu. Olahraga menjadi mata kuliah wajib di perguruan tinggi.

Harsono menjelaskan, budaya olahraga di RRT juga disertai dengan pembangunan sarana dan prasarana olahraga yang masif. Semua sekolah mulai SD hingga perguruan tinggi punya lapangan olahraga sendiri. Universitas Xiamen misalnya punya dua lapangan sepakbola, tiga lapangan futsal, 12 lapangan basket, dan tiga lapangan voli. Lahan-lahan kosong juga dibangun fasilitas olahraga oleh pemerintah.

Berkembangnya olahraga ini juga didukung sekolah atau kursus privat. Anak-anak kecil sudah diajarkan teknik olahraga secara profesional seperti cara bermain bulutangkis yang benar.

Warga Xiamen memang gandrung bulutangkis. Sebuah arena badminton yang punya 13 lapangan tidak cukup untuk memenuhi permintaan pelanggan setiap hari.

Kursus olahraga, cerita Harsono, ternyata tak hanya diikuti anak-anak dan remaja. Mereka yang sudah berumur 30 tahun ke atas pun ternyata tidak malu belajar bulutangkis. Bukan untuk jadi atlet kelas dunia seperti Lin Dan tapi demi menjaga kebugaran tubuh.

Lapangan olahraga ini juga menjadi ruang interaksi. Mereka bisa bertemu teman lama yang jarang kopi darat. Bisa memperkenalkan anak dancu kepada teman-temannya. Di samping bisa bertukar cerita, badan pun menjadi lebih sehat dan bugar.

Sayang, kita di Indonesia hampir tidak punya lapangan atau tempat olahraga yang memadai. Jangankan masyarakat awam, lapangan bola untuk klub-klub kita pun kebanyakan masih di bawah standar. Akibatnya, saat ini para remaja dan mahasiswa lebih memilih hangout di kafe sambil berselancar di jagat maya.

Sejak kecil penduduk RRT didoktrin tentang pentingnya olahraga bagi kesehatan dan produktivitas. Pepatah terkenal yang selalu dipasang di tempat umum berbunyi:

"Olahraga satu jam sehari,
sehat bekerja selama 50 tahun,
hidup bahagia selamanya!"

0 Response to "Budaya olahraga di Tiongkok"

Posting Komentar