Buku-buku Pramoedya Ananta Tour yang bermutu itu mahal untuk masyarakat berpenghasilan pas-pasan. JEJAK LANGKAH harganya di atas Rp100.000 meski sudah dikorting. Buku DUA TANGIS DAN RIBUAN TAWA karya Dahlan Iskan terbitan Gramedia juga mahal sekali, dekat Rp100.000.
Bagaimana bisa mengajak masyarakat cinta buku kalau buku-buku bagus sangat mahal? Buku-buku Andrea Hirata juga mahalnya minta ampun.
Tapi jangan khawatir, di Indonesia ada pembajak buku. Buku-buku laris, best seller, sekarang ini ada versi bajakannya yang bisa dibeli di Jalan Semarang Surabaya. Para pembajak ini sangat jeli sehingga hanya buku sangat laris yang dikopi.
Wow, saya perhatikan kualitas cetakannya tidak jelek. Jilidannya bagus. Bisa dibaca berkali-kali dan tak akan rusak. Di zaman komputer ini mengopi buku sangat mudah secara digital meski hasilnya tidak sebagus aslinya.
Tadi saya mampir ke tokonya si Lia gadis Madura di pusat buku Jl Semarang. Jejak Langkah cuma 20.000 bisa tawar dikit. Novel Sepatu Dahlan cuma 10 ribuan - aslinya mahal banget. Novel-novel islami yang laris pun punya versi bajakannya.
"Baca buku kopian dengan yang asli sama saja. Yang penting kan isinya," kata seorang pengunjung.
Buku asli yang mahal pun cuma dibaca sekali. Beda dengan kamus atau kitab suci yang dibaca berkali-kali sehingga cetakan dan jilidannya harus sangat bagus.
Para pembajak buku memang sudah lama dimusuhi penerbit karena merusak pasar. Melanggar copyright dan seterusnya. Tapi di sisi lain mereka dianggap pahlawan bagi warga kurang mampu yang senang membaca tapi duitnya cekak.
Berapa banyak pelajar dan mahasiswa yang terbantu oleh buku bajakan? Berapa banyak orang Indonesia yang beroleh pengetahuan dan pencerahan berkat buku kopian? Pasti luar biasa banyaknya.
Selama harga buku di Indonesia sangat mahal, akses ke perpustakaan terbatas, buku-buku kopian akan tetap ada. Dan tetap jadi jujugan warga kurang mampu untuk mendapat secercah pengetahuan.
0 Response to "Pembajak buku penjahat atau pahlawan?"
Posting Komentar