Ganti gereja kayak ganti baju

blogger templates
Suasana kebaktian ala Gereja Haleluya


Cewek Tionghoa ini cantik, 20-an tahun, mahasiswi sebuah perguruan tinggi swasta terkenal di Surabaya. Sering kutip ayat Alkitab, khas umat gereja haleluya. Dia ini tipe jemaat yang kritis, lekas tidak puas dengan gembalanya.

Dalam dua tahun ini Meili sudah tiga kali pindah gereja di Surabaya. Sama-sama aliran haleluya. Dia kurang cocok aliran Protestan, apalagi Katolik. Dia bilang tak akan mau punya suami Katolik meski sama-sama Tionghoa.

"Kalau yang Katolik itu ikut saya oke-oke sajalah," kata cewek yang fasih bahasa Mandarin ini.

Mengapa gonta-ganti gereja tiap delapan bulan?

"Gak cocok sama pendetanya. Awalnya asyik tapi lama-lama gak asyik" katanya.

Kalau pendeta kamu yang sekarang asyik?

"Asyik," katanya.

Asyik bagi Meili artinya luas: pintar khotbah, luas wawasan, integritasnya baik.


Jangan-jangan kamu pindah gereja lain lagi kalau sudah bosan?
Seberapa kuatkah kamu ganti gereja?

Meili diam sejenak.

"Mudah-mudahan tidak," katanya.

Kalaupun toh pindah juga baginya no problem. Pindah gereja begitu mudahnya, semudah mengganti baju saja.

Sebagai orang Flores, awalnya saya sangat heran melihat kebiasaan gonta-ganti gereja di Jawa. Tapi lama-lama saya bisa memahami karena latar belakang budaya, tradisi hingga teologinya memang beda. Logika tradisional orang Flores tidak bisa diterapkan di Jawa yang amat sangat heterogen denominasi gerejanya.

Orang Flores sejak dulu hanya kenal satu gereja, yakni Katolik. Protestan tidak ada. Aliran haleluya lebih tidak ada lagi. Karena itu, meskipun doktrin katolisme diserang habis-habisan sejak era Luther, Calvin, Zwingli... orang Katolik di Flores tenang-tenang saja.

Tetap sembahyang kontas alias rosario, sembahyang Bapa Kami, Salam Maria, Aku Percaya, Saya Mengaku, Hendak Berlindung (ini doa khas umat Katolik di Flores meminta perlindungan Bunda Maria sebagai penutup Sembahyang Malam menjelang tidur), Ya Yesus yang Baik...  atau ikut latihan paduan suara kampung yang sangat sederhana.

Orang-orang Flores yang terlalu lama merantau di daerah yang katoliknya sangat minoritas biasanya dicurigai pindah gereja atau bahkan jadi mualaf. Maka, biasanya diam-diam orang kampung mengetes si Flores yang baru mudik. Caranya melihat sikap sebelum makan. Buat tanda salib atau tidak?

Kalau buat tanda salib berarti masih Katolik. Meskipun selama merantau di Jawa atau Malaysia si Flores itu sangat jarang, bahkan tidak pernah ikut misa di gereja. Hehehe....

0 Response to "Ganti gereja kayak ganti baju"

Posting Komentar