Nyepi di zaman hiruk pikuk

blogger templates
Hari raya Nyepi ini sangat menarik. Sangat berbeda dengan hari-hari raya lain. Kalau hari raya lain ada nuansa perayaan, celebration, pesta, bahkan hura-hura, Nyepi justru dilakoni umat Hindu dengan puasa total.



Catur brata penyepian! Berdiam diri, meditasi, mati raga selama 24 jam. Saya membayangkan betapa asyiknya suasana nyepi yang total di Bali. Tak ada listrik, musik, bunyi, ramai-ramai di hari besar itu.



Saya jadi ingat diskusi saya dengan almarhum Pak Bambang Thelo, pelukis Sidoarjo yang sangat sering nyepi meski bukan Hindu. Dia sering berkelana berminggu-minggu ke pelosok hutan untuk menyepi. Meditasi. Cari inspirasi.



"Hidup di kota membuat kita sulit mendengar suara alam dan suara Tuhan. Belum lagi macet di jalan raya dengan suara kendaraan bermotor yang saling bersaing," katanya.



Saat menonton televisi, kita pun dibawa ke suasana yang hiruk-pikuk. Orang tertawa terbahak-bahak dengan lawakan banal ala slapstick nusantara. Dan itu berlangsung selama 24 jam. Makin sulit menemukan suasana kondusif untuk refleksi, meditasi, atau menyepi.



Di kalangan gereja tempo dulu jemaat sangat senang mengikuti retret atau rekoleksi. Biasanya di rumah retret di luar kota yang sejuk. Salah satu acara retret yang penting adalah SILENTIUM atau menyepi total. Peserta tidak boleh bicara dengan siapa pun. Diam seribu bahasa.



Peserta diajak melakukan refleksi. Berdiam diri. Belajar mendengar suara hati yang bicara sangat halus berbisik. Biasanya, peserta mengalami kesulitan untuk menyepi, apalagi yang biasa doyan bicara alias cerewet.



Rupanya acara nyepi atau SILENTIUM ini perlahan-lahan ditinggalkan kaum nasrani. Jemaat lebih suka ikut ibadah raya, KKR, dengan musik rock menggelegar, sound system ribuan watt, nyanyi jingkrak-jingkrak, meriah dan hiruk pikuk. Gereja yang terlalu menekankan SILENTIUM MAGNUM kalah bersaing dengan mega church yang penuh tempik sorak. Haleluya! Haleluya! Allah kita luar biasa!!! Dahsyat!!!



Ah, zaman memang terus berubah Bung! Selamat menyepi!

0 Response to "Nyepi di zaman hiruk pikuk"

Posting Komentar