Pelukis tua yang gundah gulana

blogger templates
Pelukis itu (umumnya) lintang pukang, miskin, semasa hidup dan baru kaya-raya setelah mati. Ungkapan lama ini mungkin ada benarnya.



Minggu lalu saya diminta Pak GS, 77 tahun, ke rumahnya di kawasan Taman, Sidoarjo. Pak tua ini pelukis, kuat di sketsa, punya pengalaman hidup yang sangat menarik. Sering ditulis panjang lebar di koran karena perjalanan hidupnya memang menarik.



GS masih sehat, semangat, senang menyanyi. Dia menguasai lagu-lagu seriosa lawas, keroncong, lagu perjuangan, hingga paduan suara. "Anda bisa Transeamus?" tanya Pak GS mengetes saya.



Hehehehe... Pak GS ini rupanya Katolik atau setidaknya pernah Katolik karena lagu Transeamus itu hanya diketahui umat Katolik yang aktif di paduan suara. Kalau umat biasa pasti tidak bisa karena komposisi SATB ini punya tingkat kesulitan tinggi. Pak GS kemudian menyanyikan lagu Transeamus yang biasa dibawakan saat Natal itu.



Kemudian GS menceritakan tentang lukisannya yang tidak laku. Belum ada orang yang beli atau koleksi. "Anda bisa bantu menjual? Bisa bantu saya pameran tunggal agar nama saya eksis?" katanya serius.



Syukurlah, GS punya istri dan anak yang ringan tangan. Keduanya bukan warung rujak dan kopi yang cukup laku. Hasilnya dipakai untuk makan minum dan kebutuhan sehari-hari. Termasuk untuk membeli cat, kertas, dan kanvas untuk bapak pelukis.



Mengapa bapak tetap melukis, padahal tidak laku? Gantian saya bertanya. "Sekarang belum laku tapi besok-besok kita belum tahu. Lukisan itu beda dengan makanan atau barang-barang di toko," katanya.



Mengapa bapak pelukis tidak mencoba kerja lain yang lebih cepat mendatangkan uang?



"Kerja apa? Saya sudah tua. Saya hanya bisa menggambar saja. Dulu saya pernah kerja di sawah, jadi petani. Sekarang sudah gak kuat. Dan mana ada sawah di kota," kata bapak satu anak ini.



Pak GS tidak sendiri. Di Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto, dan kota-kota lain di Jawa Timur begitu banyak orang yang nyemplung jadi seniman lukis. Dan lukisan-lukisan mereka sangat sulit terjual. Toh mereka tetap semangat berkarya.

0 Response to "Pelukis tua yang gundah gulana"

Posting Komentar