Soe Hok Gie, Ahmad Wahib, Mahasiswa Kini

blogger templates
Selera makanku rusak gara-garabu warung itu memutar lawakan Sule di Anteve keras-keras. Lawakan slapstick yang tak bisa saya nikmati. Apanya yang lucu? Tapi ibu itu tetap saja ketawa asyik melihat ulah Sule yang konyol.



Sambil membaca majalah TEMPO baru yang membahas kasus Anas dan Demokrat, saya sesekali melirik televisi besar itu. Mencoba menemukan titik kelucuan. Oh ternyata ada. Yakni puluhan mahasiswa pakai jaket almamater bertepuk tangan dan tertawa bersama setiap kali Sule menyelesaikan kalimatnya.



Saya tidak yakin para mahasiswa Jakarta itu tertawa spontan karena saraf ketawanya tergelitik. Saya justru ketawa melihat mahasiswa yang hadir di studio televisi hanya untuk memeriahkan acara lawaknya Sule. Jangan-jangan mereka memang dibayar untuk tertawa dan bertepuk tangan.



Sudah lama saya melihat acara-acara lawak yang konyol di televisi. Penonton diajak tertawa bukan karena humor cerdas melainkan lawakan murahan yang konyol. Ada adegan timpukan, waria, dan sebagainya. Rupanya pengelola televisi kita di Jakarta masih melihat orang Indonesia sebatas konsumen slapstick.



Siang tadi saya menemukan buku lama di kampung ilmu Jl Semarang Surabaya. Catatan harian Soe Hok Gie dan catatan harian Ahmad Wahib tentang pergolakan pemikiran Islam. Saya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kehebatan dua mahasiswa pada era 1960an dan 1970an itu.



Di zaman yang masih sangat sederhana, belum ada HP, belum ada internet... kok bisa ada mahasiswa Indonesia secerdas dan seprogresif Soe Hok Gie dan Ahmad Wahib. Betapa kayanya buku-buku yang dibaca kedua almarhum ini. Betapa luasnya pergaulan mereka di komunitas intelektual. Betapa beraninya mereka mengungkapkan pikiran secara terbuka melampaui zamannya.



Amboi, betapa bedanya dunia mahasiswa di era Gie dengan mahasiswa hari ini yang lebih suka menjadi pemandu sorak pelawak-pelawak slapstick di televisi.



Tapi mungkin karena terlalu serius Gie dan Wahib harus mati muda. Karena itu, tertawalah bersama Sule agar umurmu panjang! Hahahahahaha....

0 Response to "Soe Hok Gie, Ahmad Wahib, Mahasiswa Kini "

Posting Komentar