Cukup DUA Partai Saja

blogger templates


Sepuluh partai jelas jauh lebih baik ketimbang 48 atau 50 partai. Apalagi 80 atau 100 partai. Karena itu, keberanian KPU menetapkan 10 partai sebagai kontestan Pemilu 2014 patut diacungi jempol. Artinya, hanya satu partai baru, yakni Partai Nasdem, yang dinilai layak ikut pemilihan umum tahun depan.

Bagi saya, 10 partai politik ini masih terlalu banyak. Mestinya bisa diperas (meminjam istilah Bung Karno) menjadi DUA partai saja. Melihat ideologi, politisi, visi-misi, dan sebagainya, sebetulnya 10 partai ini punya banyak kesamaan. Mengapa harus banyak partai kalau ideologinya sama? Dan apakah masih relevan bicara ideologi di era the end of ideology ini?

Yang paling menarik adalah Partai Golkar alias Golongan Karya. Partai penguasa Orde Baru (1966-1998) ini punya banyak sempalan. Partai Demokrat pada dasarnya sama dengan Golkar dalam hal ideologi, jaringan, dan sebagainya. Kita tahu Demokrat didirikan oleh Susilo Bambang Yudhoyono pada 9 September 2001 sebagai kendaraan politik menjadi calon presiden. SBY tahu bahwa saat itu Golkar tidak mau mencalonkan dirinya sebagai capres. Padahal, SBY sangat populer dan peluang menang sangat besar.

Maka, SBY bikin Partai Demokrat, yang kemudian menang besar. Tugas Partai Demokrat boleh dikata sudah selesai setelah SBY menjabat presiden RI dua periode. Jadi, tidak salah kalau banyak orang bilang Partai Demokrat itu sama saja dengan SBY Fans Club.

Mirip Partai Demokrat, Partai Hanura dan Partai Gerindra didirikan dua tokoh Golkar yang kecewa dengan partai beringin itu. Wiranto (Hanura) dan Prabowo Subianto (Gerindra) sama-sama punya ambisi besar menjadi presiden tapi tidak dicalonkan Golkar. Andai saja Golkar mau mencalonkan dirinya, saya yakin Prabowo tak akan capek-capek bikin partai baru: Gerindra.

Hal yang sama terjadi dengan Wiranto. Gagal dicalonkan Golkar, bekas panglima TNI ini bikin Partai Hanura. Dan, rupanya Hanura berhasil mendapat dukungan suara cukup banyak dalam pemilu lalu.

Bagaimana dengan partai baru, Nasdem? Sami mawon. Nasdem didirikan Surya Paloh setelah kalah dari Aburizal Bakrie dalam perebutan ketua umum Partai Golkar. Karena kecewa berat, dan rupanya punya kalkulasi politik menjadi capres, Surya Paloh bikin ormas Nasdem, yang kemudian jadi Partai Nasdem.

Kesimpulannya: Partai Golkar  melahirkan Demokrat, Hanura, Gerindra, dan Nasdem. Dus, LIMA partai ini sejatinya identik alias punya ideologi yang sama. Sama-sama Golongan Karya dengan visi-misi ala Orde Baru: pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional.

Bagaimana dengan PDI Perjuangan? Ideologi kiri atau sosialisme, yang lebih populer dengan marhaenisme ala Bung Karno, sudah lama redup. Politisi-politisi kiri macam Kwik  Kian Gie sudah lama disingkirkan dari PDIP. Wacana yang disodorkan PDIP selama ini pun hampir sama dengan Demokrat, Golkar, dan sejenisnya. Maka, boleh dikata PDIP ini tak jauh berbeda dengan Golkar.

Adapun empat partai lainnya (PPP, PAN, PKB, PKS) sudah jelas berbasis massa Islam. Katakan saja partai Islam meskipun ada perbedaan nuansa antara keempat partai itu. Toh, sama-sama partai Islam, bukan? Mengapa tidak digabung saja menjadi sebuah partai Islam dengan kekuatan yang besar?

Melihat anatomi 10 partai ini, maka sebaiknya ke depan di Indonesia ini cukup hanya DUA partai saja: Partai nasionalis dan partai Islam (atau apa pun namanya). Dengan sistem dwipartai, maka sistem pemerintahan dan demokrasi di tanah air bisa berjalan dengan jauh lebih efektif.

0 Response to "Cukup DUA Partai Saja"

Posting Komentar