Yang saya suka di kampung halaman (Ileape, Lembata, NTT) adalah acara malam tahun baru. Cara masyarakat desa di pelosok NTT itu untuk melepas tahun lama, dan menyambut tahun baru, bukan dengan hura-hura di jalan, tiup trompet, konser musik, melainkan doa bersama dilanjutkan makan bersama. Acara dipusatkan di NAMANG, semacam alun-alun di kampung.
Dikoordinasi langsung oleh kepala desa, syukuran malam tahun baru ini berlangsung meriah. Tentu saja, meriah di sini untuk ukuran orang desa. Namanya juga makan bersama, ya, harus ada penyembelihan hewan: babi, kambing, ayam. Juga disediakan ikan laut sebagai alternatif.
Sejak H-3 kampung sudah sangat ramai dengan berbagai pertandingan tarkam (antarkampung) sepakbola dan bola voli. Meskipun kualitas permainan di pelosok NTT itu sangat buruk, jarang latihan, penonton membeludak. Permainan kadang sangat keras. Saat melihat pertandingan bola antara Bungamuda dan Lamawara (dua desa tetangga), misalnya, saya geleng-geleng kepala karena beberapa pemain sengaja menendang kaki lawan dengan sengaja.
Penonton pun ikut mengumpat. Bahkan, ada seorang mama yang berteriak-teriak memaki seorang pemain yang menjegal anaknya hingga jatuh terjengkang di lapangan. Hehehe...
Nah, pada 31 Desember 2012 lalu, masyarakat Bungamuda, Lamawara, dan Mawa sibuk menyembelih hewan. Dagingnya kemudian dimasak ibu-ibu. Sekitar pukul 20.00 lapangan mulai ramai. Bawa tikar atau karpet dari rumah untuk lesehan. Lalu, duduk-duduk ngobrol menanti saatnya kebaktian atau doa bersama melepas tahun lama dan menyambut tahun baru.
Tahun ini Desa Bungamuda kedatangan dua tamu istimewa: Wakil Bupati Lembata, Victor Mado Watun, dan Romo Zakarias Benny Nihamaking. Meskipun ada pastornya, tidak ada misa malam itu. Cuma doa bersama karena misa baru dilaksanakan besok pagi jam delapan di Gereja Lewotolok. Nah, doa bersama itu digelar sekitar pukul 22.00 atau dua jam sebelum pergantian kalender.
Setelah doa bersama, dimulailah persiapan makan besar. Saatnya menikmati menu istimewa mengingat orang-orang desa di Pulau Lembata memang sangat jarang makan daging kalau tidak ada hajatan. Cukup aneh, karena hampir semua orang kampung memelihara kambing, ayam, babi, bebek, atau kuda. Hewan berkaki empat sangat tinggi nilainya karena hanya dipakai saat ada pesta yang bertalian dengan adat seperti pernikahan atau kematian.
Tepat pukul 24:00 lonceng gereja dibunyikan. Anak-anak muda menyusul membunyikan apa saja yang bisa dibunyikan. Termasuk kembang api sederhana. Bukan kembang api kelas kakap ala di kota-kota besar. Tapi itu sudah cukup untuk memeriahkan malam tahun baru yang istimewa itu. Lalu, saling bersalaman, mengucapkan selamat tahun baru. Semoga Tuhan memberkati Anda!
Salam-salam tidak lama karena makanan lezat sudah siap. Nyam-nyam-nyam.....
Bukan orang Lamaholot kalau melewatkan pertemuan akbar tanpa tari-tarian rakyat: dolo-dolo, hedung, liang. Acara bebas pun digelar dengan atraksi tarian rakyat dolo-dolo. Luar biasa kegembiraan orang-orang kampung mengisi malam tahun baru itu.
Sayang, malam tahun baru juga (hampir) selalu diwarnai perkelahian anak muda. Rupanya mereka mabuk berat sehingga emosinya tidak terkontrol. Terlepas dari sisi negatif ini, saya mengapresiasi cara masyarakat Lembata di desa-desa dalam merayakan tahun baru.
Selamat tahun baru!!!
0 Response to "Pesta tahun baru yang guyub di Lembata"
Posting Komentar