Christine Rod dari Swiss ke Jogjakarta

blogger templates


Rumput tetangga selalu lebih hijau dan segar. Artis Maudy Ayunda di majalah Tempo menggambarkan Swiss ibarat surga. "Swiss itu gila. Di seberang toko roti ada danau dan pegunungan, juga burung-burung. Itu pemandangan yang luar biasa," kata si artis 18 tahun ini. 

Saya cuma senyam-senyum. Lalu ketawa sendiri ketika membaca kutipan Maudy di Tempo. Bukan apa-apa. Sepuluh menit lalu saya bicara agak panjang dengan Christine Rod, wanita Swiss asal Kota Jenewa, yang sedang mencari rumah di Jogjakarta.

"Saya sudah memutuskan untuk pindah di Jogja sampai seterusnya. Indonesia terlalu indah," katanya.

Guru matematika ini sejak 1980an bolak-balik ke Indonesia. Menjelajah berbagai wilayah dan dia sangat menikmati bumi nusantara. Setiap tahun dia berlibur ke beberapa negara, karena guru di Swiss punya penghasilan melimpah. Tapi menurut dia Indonesia yang paling menarik.

Bingung kan? Maudy dan banyak orang Indonesia memuji negara lain setinggi langit. Tapi Christine yang punya vila di pegunungan Swiss malah keranjingan dengan Indonesia. Bahkan kemudian menikahi Nasrullah, pelukis asal kampung lumpur Lapindo, Sidoarjo, kemudian ingin menghabiskan masa senja di Indonesia.

Meski lebih banyak berlibur di Jawa Timur, sering diskusi dengan saya, Christine dengan tegas memilih Jogja. Mengapa? 

"Aroma budaya Jawanya sangat kental. Dan itu yang membuat saya sangat cocok."

Di Jogja, Christine mengatakan ingin menjalin jaringan dengan komunitas seniman, khususnya seni rupa, karena sejak dulu ia gandrung lukisan. Dia ingin membuka padepokan yang tidak mudah dijangkau seniman.

Sudah dapat tempat? 

"Ada beberapa pilihan, tapi saya masih terus mencari. Karena saya tidak mau sering pindah," katanya.

Orang bule Barat kayak Christine ini sudah lama memberi pelajaran hidup kepada saya. Pelajaran yang berbeda 180 derajat dengan propaganda iklan televisi yang masif di Indonesia. Ketika orang Indonesia tergila-gila dengan pemutih kulit, mbak Christine ini malah ingin kulitnya yang bule itu jadi gelap.

"Orang yang kulitnya gelap itu punya banyak keuntungan di katulistiwa. Orang berkulit gelap itu juga menarik kok," katanya serius.

Mungkin, karena itulah, si Christine ini rela berpacaran jarak jauh dengan Nasrullah yang berkulit gelap, kemudian menikah. Christine pun mengaku senang melihat wajah-wajah manusia Indonesia Timur kayak Papua, Maluku, Flores, Timor... yang gelap. Selera orang memang macam-macamlah!

Sent from my BlackBerry® via Smartfren EVDO Network

0 Response to "Christine Rod dari Swiss ke Jogjakarta"

Posting Komentar