Tempo doeloe, kawasan Ngagel dan sekitarnya merupakan pusat industri di Kota Surabaya. Jejak industri itu masih ada meskipun perlahan-lahan berubah wajah. Kompleks pabrik karet yang sangat terkenal hingga 1980-an kini menjadi pusat belanja modern Carrefour.
Orang Surabaya yang 30-an tahun tinggal di luar Surabaya atau luar negeri pasti pangling melihat Ngagel yang sudah berubah pesat. Pabrik Bir Bintang jadi AJBS, kompleks toko kantor dan pusat belanja. Pusat kebudayaan Prancis pun ikut pindah dari Darmokali ke AJBS, eks Bir Bintang.
Di sebelahnya, bekas pabrik rokok BAT, sedang dibangun Marvell City oleh Dian Istana Group. Agus Wibisono, bos Dian Istana, tengah sibuk membangun eks pabrik yang mangrak puluhan tahun itu. Dulu ada apartemen, tapi tidak ditempati, kemudian diambrukkan lagi. Aneh tapi nyata!
Sebelahnya lagi, lapangan Barata, tempat latihan Lingtienkung setiap pagi, dulunya pabrik mesin-mesin Barata. Sebelumnya Braat pada era Hindia Belanda. Tak terlihat lagi jejak pabrik mesin yang sangat terkenal di tanah air zaman dulu.
Ada lagi Iglas, pabrik gelas di dekat sungai, masih di kawasan Ngagel. Wow, banyak banget pabrik lawas yang sudah kedaluwarsa. Di dekat PLN Ngagel ada eks pabrik karung goni (rosela) dan perusahaan pengolahan hasil perkebunan, PT Perkebunan, milik pemerintah daerah.
Dari jalan raya di depan kantor KPID Jawa Timur kita masih melihat mesin-mesin tua yang tak terpakai lagi. Suasana industri tak tampak lagi di Ngagel karena pabrik-pabrik di Ngagel sudah lama dipindahkan ke Sidoarjo, Gresik, Rungkut, atau Surabaya Barat yang masih luas lahannya. Ngagel jadi kawasan permukiman biasa. Bahkan, sudah masuk tengah kota, bukan lagi pinggiran Surabaya seperti era 1970-an dan 1980-an.
Yang menarik perhatian saya adalah cerita eyang tentang pabrik kimia lama yang sangat terkenal pada masa lalu. Pabrik-pabrik ini sebelumnya dikelola pemerintah Hindia Belanda. Setelah Indonesia merdeka, otomatis pabrik-pabrik itu dinasionalisasi. Diambil alih pemerintah Republik Indonesia. Nah, banyak perwira TNI AD dikaryakan untuk mengurusi pabrik-pabrik milik daerah alias BUMD tersebut.
"Almarhum suami eyang dulu ngurisin pabrik kimia di sekitar sini," ujar si eyang suatu ketika.
Pabrik apa saja? Si eyang hanya menyebut pabrik karet, yang sekarang jadi Carrefour itu, salah satunya. Eyang enggan bercerita lebih banyak mungkin karena punya hubungan yang kurang harmonis dengan almarhum suaminya setelah bercerai. "Pokoknya, di Ngagel sini dulu banyak pabrik besar," katanya.
Saya pun mencoba bertanya-tanya kepada warga saat cangkrukan di beberapa warkop di Ngagel dan sekitarnya. Sayang, ingatan orang Indonesia tentang masa lalu memang pendek. Mereka hanya tahu sedikit-sedikit. Yang diketahui sebagian besar orang asli Surabaya, khususnya Ngagel, Dinoyo, Darmokali, cuma BAT, Bir Bintang, Iglas, pabrik karet, dan Barata.
Syukurlah, saya akhirnya menemukan buku kecil lama saat bongkar perpustakaan lawas di Ngagel. Buku tipis 44 halaman ini menceritakan secara singkat Perusahaan Industri Daerah PINDA KIMIA Daerah Tingkat I Djawa Timur. Pinda Kimia ini beralamat di Jalan Dinoyo 49 Surabaya, telepon S-3136. Buku ini diterbitkan direksi Pinda Kimia Djawa Timur, 3 Mei 1966.
Ada enam unit pabrik yang tergabung dalam Pinda Kimia Djawa Timur.
1. Pabrik Cat PATNA.
2. Pabrik Cat dan Pernis INDAH.
Kedua pabrik cat ini memproduksi cat rumah, cat tembok, cat kapal, cat sepeda, dan sebagainya.
"Pengalaman dan penjelidikan jang luas dari pabrik2 kami tentang pembuatan tjat menjebabkan produksi tjat PATNA dan INDAH bukan sadja beredar luas di pasaran, tetapi djuga mendjadi djaminan," tulis direksi.
3. Pabrik Aki (Accu) GUNTUR.
Merek aki yang sangat terkenal buatan GUNTUR masa itu adalah SKANDIA dan COMET. Mengapa?
"Salah satu sebab ialah karena accu SKANDIA dan COMET lebih tahan lama, lebih ekonomis, dan lebih ringan. Produksi kami jang anda pakai selalu menimbulkan rasa aman, puas, karena terhindar dari gangguan mogok," begitu klaim direksi Pinda Kimia.
4. Pabrik Karet Ngagel.
Pabrik lama ini sudah ada sejak 'sebelum perang' dengan produk antara lain pipa karet dengan canvaslaag, spiraal bewapening, perslang dengan storz koppeling. Kemudian onderdil sepeda motor, conis untuk pabrik gula, alat farmasi, ban kipas mobil, klep karet.
"Barang2 kami dibikin menurut proses pembikinan dan pendapat jang mutachir. Dimana-mana pemakai barang2 produksi pabrik karet Ngagel merasa puas dengan kemampuan dan kekuatan barang karet kami."
5. Pabrik Tapal Gigi CARDENTOL.
Odol yang satu ini konon cukup populer di Jawa Timur, bahkan kota-kota lain di Indonesia. Tagline-nya: Prevents enzyme action and tooth decay.
"... kami berusaha memproduksi tapal gigi jang bermutu tinggi, tetapi murah. Dengan memakai Cardentol wadjah anda lebih bertjahaja, pembicaraan dengan relasi lebih intim, dan kesehatan gigi selalu terpelihara baik. Sekali mentjoba Cardentol, tetap memakainja."
6. Pabrik Asam Belerang GALIH.
Berlokasi di Sepanjang, Sidoarjo, berbatasan dengan Kota Surabaya, pabrik kimia ini menghasilkan asam belerang alias H2SO4. Bahan kimia ini dipakai di pabrik baja, minyak, tekstil, gula, dan sebagainya.
Selain H2SO4, pabrik GALIH juga memproduksi Tunjung (FeSO4.7H2O) dan Turkey Red Oil alias TRO.
Pada 1981, Gubernur Jawa Timur Soenandar Prijosoedarmo mengeluarkan peraturan daerah nomor 8/1981 yang intinya mengubah Perusahaan Industri Daerah PINDA KIMIA Djawa Timur menjadi Perusahaan Daerah ANEKA KIMIA. Tujuannya tentu saja agar pabrik-pabrik plat merah itu lebih efisien dan menguntungkan.
Kita tahu PD ANEKA KIMIA berjalan terseok-seok karena statusnya sebagai industri senja alias pabrik lawas peninggalan Belanda. Nasib sama dialami Aneka Pangan, Aneka Jasa Permesinan, Aneka Usaha, dan Sarana Bangunan. Mesin-mesinnya sudah terlalu tua karena tak ada peremajaan. Sumbangan untuk penghasilan asli daerah Jawa Timur pun sangat minim, bahkan tekor.
Karena itu, pada 1999 dibentuklah PT Panca Wira Usaha yang merupakan holding hasil penggabungan dari beberapa perusahaan-perusahaan daerah yang berusia senja. Manajemen baru PT Panca Wira Usaha bergerak cepat dengan langkah-langkah inovasi dan berbagai gebrakan.
Salah satunya adalah menyewakan lahan bekas pabrik karet Ngagel kepada pihak swasta. Maka, berdirilah Carrefour Ngagel itu.
0 Response to "Karet Ngagel, Cardentol, BAT, Bir, hingga Carrefour"
Posting Komentar