Agama Tanpa Tempat Ibadah

blogger templates


Saya sering mengikuti pameran-pameran yang diadakan Buddha Tzu Chi Surabaya. Paling sering pameran makanan vegetarian dan produk hasil daur ulang. Dua hal ini memang sudah menjadi semacam identitas yayasan yang berpusat di Taiwan itu.

“Kita ingin ajak masyarakat untuk menyelamatkan bumi,” kata Bu Vivian Fan, ketua Yayasan Buddha Tzu Chi, Surabaya. Ibu asal Taiwan ini sudah fasih bahasa Indonesia. Dia juga sering jadi native speaker ketika kita belajar bahasa Zhongwen alias Mandarin.

Apa yang menarik dari Buddha Tzu Chi?

“Aliran Buddha Tzu Chi ini tidak egois. Ajarannya sangat kontekstual, sehingga tidak akan bersinggungan dengan agama lain,” kata Dahlan Iskan dalam salah satu tulisannya di buku Pelajaran dari Tiongkok.

Salah satu contoh: pengikut Tzu Chi tidak perlu membangun rumah ibadah atau vihara. Satu-satunya rumah ibadah berlokasi di Hualin, kota kecil di pantai timur Taiwan. Bangunan itu kecil saja, hanya 10 x 8 meter. Di situlah Shang Ren atau guru Buddha Tzu Chi tinggal. Setiap hari padepokan itu dikunjungi ratusan orang dari seluruh dunia.

“Buddha Tzu Chi menjadi menonjol bukan karena banyaknya rumah ibadah, melainkan aktivitas kemasyarakatannya,” begitu Dahlan Iskan menulis.

Karena tidak punya tempat ibadah, di Surabaya cuma kantor biasa di Mangga Dua, Jagir Wonokromo, ritual orang Buddha Tzu Chi lebih ditekankan pada kerja nyata, berbuat baik untuk orang lain, dan menyelamatkan bumi. Karena itu, pada hari Waisak 2557 lalu Buddha Tzu Chi Surabaya mengadakan bakti sosial pengobatan gratis selama dua hari, Sabtu dan Minggu.

Karena tidak perlu tempat ibadah, aktivis Tzu Chi tidak perlu capek-capek meminta izin mendirikan vihara atau demonstrasi karena tempat ibadahnya disegel atau ditutup. Hampir setiap minggu Bu Vivian dan kawan-kawan di Surabaya memang melakukan demonstrasi, tapi demonstrasi membuat aneka produk daur ulang dari barang bekas dan membuat makanan vegetarian yag bergizi.

Siapa saja boleh mencicipi makanan lezat yang katanya lebih sehat ketimbang makanan hewani itu. “Kita sama-sama belajar untuk berbuat baik bagi sesama manusia,” kata Bu Vivian yang selalu tersenyum.

Okelah, Bu Vivian!

0 Response to "Agama Tanpa Tempat Ibadah"

Posting Komentar