Maka, tidak salah kalau banyak artis lawas yang mendaftar jadi calon anggota parlemen. Mereka tak lebih dari mantan artis. Atau, artis-artis yang sepi job. Emilia Contessa sudah lama pensiun. Edo, Tety Kadi, dan sebagainya. Betapa mengerikan dunia hiburan di Indonesia. Tapi, anehnya, makin banyak ibu-ibu yang mendorong anak-anaknya jadi artis dengan mengikuti KDI, X Factor, Indonesia Idol, dan entah apa lagi.
Wahyu Otong Sanjaya atau populernya Wahyu OS 30 tahun yang lalu mulai dikenal publik karena lagu ciptaannya, Senandung Doa, terpilih sebagai lagu terbaik Siaran ABRI RRI-TVRI 1983. Penghargaan yang sangat bergengsi di era satu televisi, TVRI. Senandung Doa kemudian jadi hits luar biasa saat dibawakan Nur Afni Octavia.
PELUKLAH DIRIKU AGAR TAK JAUH DENGANMU
LEBIH BAIK KAU TIDUR DI ATAS PANGKUANKU
SEBELUM TERLENA SENANDUNGKANLAH DOA
UKIRLAH NAMAKU DI RELUNG HATIMU
Ah, saya jadi teringat ibunda saya yang sudah tak ada. Beliau sering bersenandung lagu Senandung Doa ini ketika aku masih berada di kampung halaman, kampung kecil yang berhadapan dengan Laut Flores.
Wahyu OS kemudian bikin album bersama Dian Piesesha di JK Records, Jakarta, dan… meledak. Duet di lagu Ingin Memiliki disebut-sebut sebagai salah satu duet terbaik di Indonesia. Suara Wahyu yang tipis dan tinggi terasa romantis, membelai-belai. Apalagi, dia punya kemampuan menulis syair lagu yang sangat puitis.
Kemudian Wahyu OS produktif menjadi pencipta lagu, khususnya untuk penyanyi-penyanyi orbitan Judhi Kristianto di JK Records, perusahaan rekaman paling heboh pada 1980-an. Cerita selanjutnya, Wahyu OS menghilang dari dunia hiburan.
Ke mana saja Bung Wahyu?
“Saya bisnis ke mana-mana, ngurusin pupuk. Saya jadi petani,” kata Wahyu OS pekan lalu. “Saya sudah lupa caranya bikin lagu. Kalau bikin pupuk sih ayo..”
Laki-laki asal Jawa Barat ini bahkan mondar-mandir ke Brunei Darussalam untuk berbisnis. Dia bahkan sudah tak punya kontak dengan artis-artis populer seangkatannya. “Nah, tiba-tiba saya dikontak sama Nyo. Dia ajak saya rekaman lagi. Hehehe…. aku sudah pensiun kok diajak rekaman,” tutur pria yang suka bercanda ini.
Nyo ini tak lain putra Judhi Kristianto, yang kini menjadi produser dan bos JK Records. Ketika pertama kali rekaman di JK, tahun 1985, Nyo hanyalah seorang bocah kecil. Kini, di tahun 2013, Nyo menjadi seorang pemusik serba bisa lulusan Amerika Serikat.
“Saya kaget sekali melihat si Nyo ini. Jago banget main musik. Sekarang saya yang diajarin menyanyi,” ujar Wahyu.
Maka, rekaman pun dimulai. Wahyu OS pangling dengan studio rekaman sekarang yang canggih, digital, bukan analog seperti era 1980-an. Nyo ingin Wahyu membawakan lagu-lagu lamanya dengan suasana baru. Aransemennya disesuaikan dengan gaya sekarang.
“Saya nyanyi Senandung Doa dengan vokal baru,” tuturnya.
Leonard Kristianto, yang berlatar belakang jazz, menilai Wahyu OS sebagai penyanyi pria yang punya karaker. Penggemarnya banyak. Ini terbukti dari banyaknya permintaan para penggemar Wahyu OS untuk memproduksi ulang lagu-lagu Wahyu OS.
“Tentu saja distribusi album Om Wahyu OS ini tidak bisa disamakan dengan artis-artis baru. Kita pakai jaringan khusus, selain kerja sama dengan Disck Tara,” kata Leonard.
Dua pekan lalu, saya diajak bertemu Leonard Kristianto di Hotel Santika, Pandegiling, Surabaya. Leonard alias Nyo ini memperdengarkan rekaman Wahyu OS yang baru digarapnya. Suara Wahyu OS di lagu Senandung Doa masih terasa sejuk dan romantis.
“Tapi nada dasarnya saya turunkan dari Bes ke As. Bagaimanana pun juga faktor U (usia) tidak bisa dipungkiri. Om Wahyu OS sih menurut saja,” ujar Nyo lantas tertawa kecil.
Apakah Wahyu OS tidak lagi berbisnis pupuk?
“Urusan pupuk sih jalan terus. Setelah masuk studio rekaman lagi, saya pikir-pikir, ternyata bikin lagu, rekaman, produksi album… hampir sama dengan buat pupuk. Hehehe….,” kata pria yang jago main gitar ini.
0 Response to "Penyanyi Wahyu OS Bisnis Pupuk"
Posting Komentar