Kota Malang Dipimpin Tionghoa

blogger templates
Kalau DKI Jakarta punya Ahok, Kota Malang punya Eng An. Tokoh muslim Tionghoa ini ditetapkan KPU Kota Malang sebagai wali kota Malang periode 2013-2018. Mungkin Anton merupakan kepala daerah pertama dari etnis Tionghoa di Jawa Timur.

Hasil pemilukada di Kota Malang ini cukup mengejutkan mengingat selama ini calon dari PDI Perjuangan selalu menang. Juga mengejutkan karena Anton alias Eng An ini berlatar belakang etnis Tionghoa. Tapi perpecahan di PDIP, dua elite banteng moncong putih memaksakan istri masing-masing maju pilkada, membuat pemilih rame-rame memilih Anton-Sutiaji.

Sejak 2007 dia dipercaya sebagai ketua Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Malang Raya, yang meliputi Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu.

"Pak Anton itu orang yang low profile, mau kerja keras. Makanya, kita percaya beliau bisa menggerakkan PITI di Malang Raya," kata Edwin Suryalaksana, ketua PITI Jawa Timur, saat melantik Anton sebagai ketua PITI Malang Raya.

Seperti di beberapa kabupaten/kota di Jawa Timur, PITI di Malang Raya sempat stagnan. Tak banyak kegiatan atau konsolidasi. Karena itu, setelah memimpin PITI, Anton langsung bergerak untuk menghidupkan organisasi. Dia juga mempererat kerja sama dengan NU, Muhammadiyah, ormas Islam lain, juga komunitas Tionghoa nonmuslim untuk melakukan pemberdayaan ekonomi masyarakat kecil.

"Mengurus PITI itu murni pengabdian. Organisasi itu tidak punya kaitan dengan politik, tapi sosial keagamaan. PITI itu wadahnya umat Islam, khususnya mualaf Tionghoa," katanya suatu ketika.

Rupanya, aktivitas Anton di PITI dan ranting Nahdlatul Ulama di Malang menjadi modal sosial yang berharga baginya. Maka, dia pun diusung sebagai calon wali kota Malang menghadapi beberapa nama populer. Toh, ketentuan Tuhan pula yang bicara. Anton alias Eng An terpilih sebagai wali kota Malang... versi quick count LSI.

Anton sendiri mengaku lahir dari keluarga yang majemuk, bhinneka tunggal ika. Mereka 9 bersaudara, agama mereka pun majemuk. Ada yang Islam, Khonghucu, Kristen Protestan, dan Katolik. "Papa dulu Khonghucu dan Mama beragama Islam. Jadi, keluarga kami bhinneka tunggal ika," kata suami Dewi Farida ini.

Karena sangat heterogen, menurut Anton, mereka biasa merayakan hari raya Idul Fitri atau tahun baru Imlek bersama-sama. "Kalau Lebaran ngumpulnya ya di rumah saya. Tapi kalau Natal di tempat kakak saya. Semuanya ngumpul bareng dan makan-makan saja," kata anak terakhir dari sembilan bersaudara ini.

0 Response to "Kota Malang Dipimpin Tionghoa "

Posting Komentar