HKBP pun ditolak di Bekasi

blogger templates



Terlalu banyak resistensi terhadap gereja-gereja di Jawa Barat dan Banten. Agak aneh karena Bekasi, Tangerang, Depok sudah menyatu dengan Jakarta, kota paling modern dan penuh keragaman.

Kasus-kasus di Jawa Barat ini membuat saya semakin bangga sebagai warga Jawa Timur. Karena provinsi ini paling asyik, terbuka, suka guyon ala srimulat. Orang bebas beribadah kapan saja sampai capek di gereja atau masjid atau kelenteng atau vihara.

Saya sebetulnya malas membaca laporan majalah TEMPO terbaru tentang kasus jemaat gereja yang mengadakan kebaktian di lapangan, trotoar, atau jalan raya. Kemudian pemkab Bekasi membubarkan paksa jemaat HKBP (Huria Kristen Batak Potestan) Filadelfia tanpa kasih solusi. Pokoknya jemaat harus bubar atau dipentungi!

Pemkab Bekasi rupanya tidak butuh kaum minoritas macam HKBP dan sejenisnya. Sebab, secara politik tidak signifikan. Jika si pejabat semakin keras terhadap kaum minoritas, maka peluang menang dalam pemilukada semakin besar. Umat HKBP yang beribadah pada hari Minggu dianggap pemerintah Bekasi sebagai gangguan terhadap kamtibmas.

Membaca berita-berita majalah TEMPO, yang sangat kritis dan objektif, saya bisa simpulkan bahwa orang Bekasi plus pemkabnya tidak paham anatomi gereja-gereja. Seakan-akan semua gereja itu punya misi mengkristenkan atau 'mengkafirkan' warga setempat yang beragama Islam. Karena itu, gereja-gereja harus dipersulit dengan cara apa pun sampai capek sendiri. Seberapa kuat sih stamina umat HKBP bikin kebaktian di jalan atau lapangan? Toh, suatu saat nanti akan menyerah juga.

Saya hanya ketawa dalam hati melihat kebebalan yang luar biasa di Bekasi ini. Kenapa? HKBP itu gereja etnis Batak yang sangat tidak ekspansif. HKBP itu khusus untuk orang Batak yang Protestan. Kalau anda pentakosta, katolik, adven, baptis... mustahil ikut HKBP. HKBP itu ibarat paguyuban atau komunitas orang Batak di rantau. Batak + Protestan = HKBP.

Andai saja orang Bekasi plus pemdanya yang Sunda paham hakikat HKBP, mereka niscaya tak cemas dengan kehadiran gereja HKBP. Jangankan orang Islam atau Buddha, umat Nasrani dari denominasi lain sama sekali tidak tertarik bergabung dengan HKBP. Sebaliknya, orang HKBP pun tak akan mau orang Sunda atau Jawa atau Dayak masuk HKBP.

Saya kira apa yang terjadi di Bekasi adalah paranoia berlebihan terhadap si liyan alias THE OTHERS. Seakan HKBP (dan sejenisnya) itu virus penyebar kekufuran di masyarakat Bekasi yang punya kultur dan agama sendiri.

Di sisi lain, resistensi terhadap gereja-gereja yang kian marak di berbagai daerah, khususnya Jawa Barat + Banten, harus menjadi bahan introspeksi dan refleksi bagi umat kristiani. Ini menunjukkan bahwa gereja-gereja belum menjadi BERKAT dan pembawa terang bagi masyarakat setempat.

Kita, umat kristiani (dari gereja apa saja), perlu merenung dan merenungkan lagi Kisah Para Rasul 2:41-47 untuk menimba pengalaman cara hidup jemaat gereja perdana. Berikut kutipannya dalam bahasa Inggris:


Each day, with one heart, they regularly went to the Temple
but met in their houses for the breaking of bread;
they shared their food gladly and generously;
they praised God and were looked up to by everyone.

0 Response to "HKBP pun ditolak di Bekasi"

Posting Komentar