Pengemis pakai blackberry

blogger templates

Saya kaget ketika melintas di perempatan Wonokromo, Surabaya, dekat pintu air Jagir, pagi tadi (13/5/2012). Seorang pengemis berusia 60an sedang sibuk memainkan jarinya di blackberry. Kondisi smartphone yang lagi ngetren itu masih bagus.

Bapak itu duduk di atas tembok pinggir kali, kruknya dipangku. Ahad pagi ini dia kelihatan cerah. "Wah, pengemis di Surabaya sekarang sudang canggih. Saya sendiri malah gak punya bb, cuma punya hp lawas," kata seorang pengendara motor di sebelah saya saat lampu merah.

Tak ayal para pengendara motor memperhatikan pengemis yang lagi BBM-an itu. Seorang lagi pengemis remaja juga sibuk mengirim SMS pakai ponsel biasa.

Tentu saja pengemis yang pakai BBM ini merupakan pemandangan langka. Tapi paling tidak ini memberi gambaran kepada kita bahwa para gepeng alias gelandangan dan pengemis di kota besar itu tidak sekere yang kita bayangkan. Blackberry itu gak murah lho! Lebih mahal ketimbang upah minimum buruh yang rata-rata kurang dari Rp2 juta.

Lantas, kalau bisa membeli bb kenapa harus mengemis di lampu merah? Tampaknya dinas sosial perlu lebih serius mengkaji fenomena pengemis-pengemis kaya ini. Sebab, sudah jadi rahasia umum bahwa banyak pengemis di Surabaya ini hanya main sandiwara di jalan untuk meminta sedekah dari masyarakat. Padahal, sejatinya rumah mereka itu bagus-bagus dan luas.

Melihat pengemis pakai blackberry di Wonokromo, juga pemandangan serupa di tempat lain, saya akhirnya setuju dengan imbaukan pemkot agar warga tidak memberikan uang kepada komplotan itu. Dan, sesuai pasal 34 konstitusi, para pengemis, gelandangan, fakir miskin, anak telantar... WAJIB dientaskan oleh negara.

Dus, tidak hanya sekadar melakukan razia secara sporadis tanpa ada tindak lanjut yang jelas. Sayang, tadi saya tidak membawa kamera untuk memotret si pengemis yang pakai blackberry itu.

Sialan!

0 Response to "Pengemis pakai blackberry"

Posting Komentar