Enam bulan saya tidak menyepi ke kawasan Jolotundo di kampung Seloliman Trawas Mojokerto. Kemarin saya balik ke sana, menemui Mbok Jono, Mbak Gembuk, Pak Gatot... dalam suasana yang berubah. Kesunyian suasana Penanggungan yang sejuk sirna.
Selepas magrib warung-warung sederhana memutar musik koplo. Gubuk lain memutar di televisi. Ramai kayak taman hiburan. Hal yang sudah lama dicemaskan almarhum Pak Haryaji, seniman yang pertama kali membawa saya ke PPLH dan Jolotundo.
"Jolotundo itu tempat sakral, kolam pemandian Prabu Airlangga. Kita harus menjaga spiritualitasnya," pesan Pak Haryaji kepada saya dan rombongan dari Sidoarjo, 2005.
Tujuh tahun ternyata telah mengubah suasana Jolotundo. Kalau dulu hanya 4 warung, sekarang belasan. Pemiliknya pun bukan lagi Mbok Jono dkk yang notabene keluarga Perhutani tapi macam-macam. Ada gula ada semut!
Suasana yang gelap dengan penerangan lampu minyak merupakan daya tarik utama Jolotundo. Kita menikmati suara angin, jangkrik, landak dan aneka satwa hutan. Begitu banyak pencinta alam, kejawen, pramuka, hingga pengusaha sengaja bermalam di gazebo yang disediakan di situ.
Tapi beberapa bulan lalu Pak Samuri mendatangkan genset. Listrik hidup selepas magrib hingga 1:00. Belasan warung bisa menarik setrum seharga Rp6000 sehari. Maka semua warung, kecuali Mbok Jono, memanfaatkan listrik itu.
Selama 7 jam, malam itu, saya menikmati suara bising genset dari warung Pak Samuri. Beberapa warung memutar dangdut koplo diselingi canda tawa. Saya kira hantu-hantu Jolotundo pun tak lagi betah tinggal di kaki Gunung Penanggungan itu.
Dulu Mbok Jono dkk menolak tawaran listrik dari PPLH Seloliman yang menggunakan tenaga air mikrohidro. Demi menjaga kesakralan Jolotundo dan petilasan lain seperti Narotama. Anehnya, belakangan mereka rame-rame jadi pengguna listrik genset yang bising itu.
Begitulah. Logika kota dan desa sering bertolak belakang. Orang kota senang menikmati kampung eksotis, sementara wong desa ingin koplo dan sinetron. Piye maneh?
0 Response to "Jolotundo sudah berubah"
Posting Komentar