Lady Gaga dan Piala Thomas

blogger templates


Selama sebulan ini energi kita habis untuk bahas (rencana) konser Lady Gaga. Argumentasi polisi, menteri agama, ormas, politisi makin absurd. Kita rugi besar kalau ikut larut dalam permainan genderang ormas anarkistis itu.

Kita lupa memperhatikan pemain2 kita yang berlaga di Piala Thomas di Tiongkok. Kita terpuruk luar biasa. Sebagai penggemar bulutangkis, saya benar2 sedih melihat kenyataan ini. Satu-satunya olahraga yang pernah jadi kebanggan kita itu pun tinggal sejarah.

Apa lagi yang masih bisa kita banggakan setelah 14 reformasi? Padahal bulutangkis ini bisa menjadi perekat bangsa... jika Indonesia juara Piala Thomas dan Piala Uber.

Hancurnya bulutangkis di negara kita sebetulnya sudah mulai terlihat sejak medio 1990an. Pelan2 olahraga yang asyik ini ditinggalkan anak muda. Maka regenerasi tidak jalan. Ketika Tiongkok punya begitu banyak pemain muda yang hebat, sampai kita tak tahu nama2 mereka, Indonesia justru tak memanen pemain bagus. Bagaimana bisa panen kalau kita tidak lagi menanam bibit2 unggul di ladang bulutangkis?

Saya sudah keliling kampung2 di Surabaya dan 353 desa di Sidoarjo. Ternyata tidak ada kampung yang punya lapangan bulutangkis. Kita tidak menjumpai anak-anak main bulutangkis di lapangan. Anak2 justru asyik main PS di warnet dan semacamnya sampai larut malam.

Lapangan bulutangkis sederhana di kampung? Tidak ada. Padahal, kita tahu, Surabaya pernah melahirkan legenda bulutangkis macam Rudi Hartono dan Alan Budikusumah. Klub-klub bulutangkis di Jawa Timur pun senen kemis.

Saya ingat zaman dulu ketika Indonesia menang Thomas Cup masyarakat ramai-ramai turun ke jalan untuk mengelu-elukan Liem Swieking, Hastomo Arbi, Lius Pongoh. Saya dan kawan-kawan di pelosok NTT jalan kaki 20an km demi menonton Liem Swieking di televisi hitam putih.

Dulu di kampung saya, Lembata, NTT, selalu ada turnamen bulutangkis antarkampung dalam rangka Natal dan Paskah. Ramai nian, padahal listrik belum masuk desa. Penerangan pakai petromaks.

Itu semua hanya kisah masa silam. Nostalgia. Saat ini anak-anak kecil di pelosok NTT sudah tidak pernah melihat yang namanya pertandingan bulutangkis antardesa.

0 Response to "Lady Gaga dan Piala Thomas"

Posting Komentar