Orang-orang bola kita makin kacau dan tidak fokus. Tidak tahu lagi prioritas dalam pembinaan sepakbola. PSSI ada dua. Kompetisi liga dua. Mungkin di dunia ini hanya Indonesia yang bisa begini dan, hebatnya, tidak disanksi FIFA.
Apa gunanya mendatangkan klub-klub Eropa bagi timnas? Tidak ada. Inter Milan atau QPR atau Valencia hanya datang untuk pemanasan dan... uang. Klub-klub top itu dibayar mahal agar mau nongol di Jakarta atau Surabaya. Uang itu bisa dipakai membayar gaji pemain Liga Indonesia yang tersendat-sendat.
Pengurus PSSI baik versi Djohar maupun La Nyala sama-sama kurang fokus untuk membentuk timnas yang hebat. Yang disegani di Asia Tenggara. Yang bisa mengalahkan Malaysia. Yang bisa main bagus selama 90 menit.
Baru-baru ini Indonesia U-19 tidak berdaya di hadapan publik sendiri. Hanya lumayan bagus saat lawan Timor Leste dan Macau, dua negara superkecil sebesar kecamatan di Jawa. Apa yang bisa kita banggakan kalau menang lawan Timor Leste?
Kita selalu inferior saat bertemu Malaysia di kompetisi resmi. Timnas Malaysia main rapi, well-organized, stamina terjaga, sementara pola main kita kacau. Indonesia terlihat seperti satu kelas di bawah Malaysia yang dilatih Ong xiangshen. Saya selalu gregetan melihat tim merah-putih dibuat mainan sama anak-anak Malingsia... eh Malaysia.
Bisa jadi karena terlalu banyak orang Indonesia yang jadi pekerja kasar di Malaysia. Karena itu, sungkan ketika harus berhadapan dengan para majikan alias tauke-tauke Malaysia. Bisa jadi timnas Indonesia sengaja main buruk, membiarkan Malaysia menang, agar berjuta TKI di Malaysia bisa diperlakukan dengan lebih manusiawi.
0 Response to "Prioritas utama: kalahkan Malaysia!"
Posting Komentar