Selamat hari bhayangkara! Dirgahayu kepolisian Indonesia!
Saya sudah lama tidak sreg dengan POLISI WANITA alias polwan. Istilah ini kurang tepat dari segi bahasa Indonesia. Polisi wanita secara harfiah berarti polisi yang khusus mengurus wanita atau perempuan.
Padahal, kita tahu, polwan itu sejatinya polri jaga yang punya tugas, kewajiban, dan hak sama seperti polisi berjenis kelamin laki-laki. Istilah POLWAN yang salah kaprah ini hanya menunjukkan gender saja. Bahwa polisi yang berambut panjang dan pakai rok itu berjenis kelamin perempuan. Kok tidak ada istilah polisi laki-laki? Lama-lama akan ada sebutan polisi gay atau polisi waria.
Senyampang lagi musim reformasi, sebaiknya kita tidak pakai istilah polwan atau polisi wanita. Cukup POLISI saja. Gendernya boleh laki-laki boleh perempuan karena toh tugas dan kewajibannya sama. Tentu saja ada beberapa bidang seperti pasukan antiteror yang mungkin belum bisa dimasuki polisi berjenis kelamin perempuan.
Di Surabaya sudah banyak perwira polri yang perempuan. Mereka menempati pos-pos penting yang dulu dimonopoli laki-laki. Kinerja mereka pun bagus.
Tapi saya melihat ada kecenderungan feminimisasi polisi-polisi berjenis kelamin perempuan. Disuruh masuk salon, macak terus, seakan-akan jadi pemanis korps bhayangkara. Baguslah kalau polisi terlihat cakep kayak artis dangdut, tapi sebaiknya tidak berlebihan. Saya akan lebih senang melihat polisi baik yang laki-laki maupun perempuan melakukan operasi reskrim atau antiteror bersama-sama.
Mungkin hanya di lingkungan kepolisian saja yang ada terminologi pembedaan gender ini. Kita tidak pernah dengan istilah guru wanita, petani wanita, dokter wanita, pendeta wanita, wartawan wanita, dosen wanita, dan sejenisnya.
0 Response to "Polisi wanita kurang tepat"
Posting Komentar