Babu Indonesia Diobral di Malaysia

blogger templates


Kita sudah kehabisan kata membahas nasib TKI di Malaysia. Tapi nasib bangsa Indonesia, yang jadi kuli dan babu di negara para datuk Melayu itu, tak kunjung tuntas. Reda sebentar, muncul lagi. Begitu seterusnya.

Pagi tadi (29/10/2012), isu pembantu rumah tangga alias BABU alias maid dibahas di Metro TV. Rupanya ada isu baru: PRT asal Indonesia ternyata diobral di Malaysia. Dijadikan komoditas atawa barang dagangan. Nilai manusia (Indonesia) kembali direndahkan di negara jiran.

Dita Indah Sari, bekas pentolan Partai Rakyat Demokratik (PRD), yang pada 1990-an, menggebu-gebu menghantam rezim Orde Baru, kini bicara datar, tenang, normatif, tanpa emosi. Saat ini Dita sudah jadi orang istana, wakil resmi pemerintah, yang bicara tentang TKI di Malaysia.

"Yah, kita sudah kirim surat melalui kedutaan besar kita di Malaysia," kata Dita yang makin gemuk itu. Blablabla....

Datar-datar saja. Elan vital Dita Indah Sari yang berkobar-kobar, ketika memimpin unjuk rasa buruh di Surabaya, kemudian ditangkap dan dipenjara oleh rezim Soeharto, tak ada bekasnya lagi.

Tak heran, Anis Hidayah dari Migran Care mengkritik keras Dita, wakil pemerintah RI, yang dianggap kurang fight dalam membela nasib TKI-TKI di Malaysia. Kebijakan moratorium yang (katanya) pernah dilakukan pemerintah Indonesia, menurut Anis, ternyata tidak jalan. Faktanya, moratorium atau penghentian pengiriman TKI ke Malaysia, khususnya pekerja-pekerja kasar, jalan terus.

"Saya minta Dita Indah Sari jangan bicara normatif dong!" tegas Anis Hidayah yang menggebu-gebu.

Gaya Anis Hidayah ini mengingatkan saya pada gaya Dita Indah Sari ketika menjadi pengurus PRD pada 1990-an. Yah, perjalanan waktu (dan nasib) memang selalu mengubah seseorang dengan drastis. Lihat saja tingkah pola bekas-bekas aktivis korban rezim Orde Baru yang kini jadi pejabat atau anggota legislatif. Bedanya ibarat bumi dan langit. Dulu teriak-teriak berantas KKN, sekarang ya ikut arus KKN-ria.

Masalah TKI, khususnya MAID alias babu-babu, ini memang tak akan pernah selesai selama pemerintah Indonesia masih tetap rajin mengeksor PRT ke Malaysia dan negara-negara lain. Orang Indonesia kelas menengah sejak dulu (simak internet, jejaring sosial) meminta pemerintah STOP mengirim pekerja-pekerja kasar ke Malaysia.

Silakan kirim TKI-TKI ke Malaysia, tapi yang punya keahlian macam perawat, dokter, insinyur, atau bintang film kayak Bunga Citra Lestari atau Manohara. Jangan kirim ribuan orang-orang tanpa skill ke Malaysia. Jauh-jauh merantau ke Malaysia jadi babu! Jadi tukang pikul barang! Jadi penjaga babi di peternakan! Jadi tukang kebun dan tukang sapu!

Tapi, apa boleh buat, posisi tawar Indonesia sangat-sangat-sangat lemah. Indonesia jauh lebih membutuhkan Malaysia yang kaya dan makmur, banyak lapangan kerja, untuk memberi makan kepada rakyat Indonesia yang tidak mendapat pekerjaan di negaranya sendiri. Maka, meskipun perlakuan terhadap TKI tidak bagus, dan tak akan pernah bagus (karena status sosial BABU sangat rendah), kita membiarkan saja ketimpangan macam ini.

Lalu, muncullah iklan-iklan di Malaysia semacam itu: INDONESIA MAIDS NOW ON SALE!

Bagaimana ini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono? SBY selalu bangga dengan pertumbuhan ekonomi kita yang 6 persen. SBY dan menteri-menterinya bahkan optimistis kita bisa menjadi negara maju... bahkan bisa mengalahkan Malaysia? Tapi kapan?

Apakah pertumbuhan ekonomi 6 persen (atau 10 persen) kemudian bisa menyerap tenaga kerja, sehingga tidak perlu ada TKI kelas kuli-babu di Malaysia? Pemerintah kita selalu bicara normatif, tapi tidak konkret. Kapan sih pengiriman TKI ke Malaysia dihentikan?

Bukan sekadar moratorium atau penghentian sementara, tapi STOP TOTAL, karena orang Indonesia bisa bekerja di negaranya sendiri. Orang Indonesia pasti malu melihat iklan betapa wanita Indonesia dijadikan "barang dagangan" yang diobral di Malaysia.

Kita tentu lebih suka bila orang Indonesia dihargai di Malaysia, punya posisi stara dengan orang Malaysia, seperti Manohara yang pernah dijadikan istri oleh seorang pangeran di Kelantan. Sayang, Manohara yang cantik dan fashionable pun babak belu dihajar sang pameran, sehingga harus kabur ke Jakarta.

Lha, wong Manohara Adelia saja diperlakukan kayak gitu, apalagi pembantu rumah tangga alias maid?


Oh, Indonesia, sungguh malang nasibmu. Setelah dijajah Belanda selama 350 tahun, kemudian Jepang 3,5 tahun, nasibmu belum juga berubah:

"Een natie van koelies 
en een koelie onder de naties".

0 Response to "Babu Indonesia Diobral di Malaysia"

Posting Komentar