Deddy Dhukun dan Dian Pramana Putra

blogger templates
Deddy Dhukun (kiri) dan Dian Pramana Putra.




Zona Memori sudah tak ada lagi di televisi. Tapi, lumayan, kemarin dini hari Metro TV memutar program lawas itu. mengingatkan kita akan penyanyi-penyanyi 1980-an dan 1990-an. Dulu mereka sangat populer, kini sudah pensiun semua. Sebab, tak ada tempat untuk artis senior di industri musik Indonesia.
Gara-gara tak bisa tidur, Surabaya ekstrem panas, saya terpaksa memutar televisi. Ketemu Zona Memori di Metro TV. Aha, Deddy Dhukun dan Dian Praman Putra tampil berduet dengan lagu-lagu lawas yang hit sekian tahun silam.
Deddy Dhukun seperti biasa: banyak bicara, selalu dominan, sementara Dian PP lebih tenang dan mengalah. Deddy yang banyak bikin syair, Dian PP yang bikin melodi. Kombinasi yang solid sejak 1983 (kalau tidak salah), sebelum datang era baru menjelang 2000.
Duo yang populer dengan 2D ini memang sangat khas. Keduanya menghidupkan lagu-lagu pop jazz yang sangat disukai pelajar dan mahasiswa saat itu. Beda dengan lagu-lagu pop biasa, akor yang dipakai lebih rumit dan kaya. Musiknya dianggap kelas atawa elit. Anak muda dulu suka pamer kaset 2D... biar kelihatan ngerti musik.
Band-band pelajar pun suka memainkan lagu-lagu 2D meskipun sering tidak pas. Yah, malam itu kita dibawa ke masa lalu ketika musik pop Indonesia sangat kaya warna. Ada pop manis ala Pance, Obbie Messakh, atau Rinto Harahap, yang dicela sebagai pop cengeng.
Ada pop rock ala Nicky Astria atau Ita Purnamasari. Band-band lawas yang bertahan macam D’Lloyd atau Panbers. God Bless yang tur ke mana-mana. Kemudian hingga Deddy Dhukun, Dian PP, Fariz RM, Mus Mudjiono, yang menyebut dirinya pengusung pop kreatif. Ada juga pop dangdut. Dan macam-macam warna lagi. Beda dengan musik pop sekarang yang hampir seragam, padahal kita punya puluhan channel televisi.
Dipandu Sys NS dan Ida Arimurti, Dian PP dan Deddy Dhukun membawakan hit lama seperti Masih Ada, Biru, Semua Jadi Satu, Aku Ini Punya Siapa. Lumayan untuk nostalgia, membuat kita kembali ke masa remaja.
Sayang, Deddy Dhukun yang banyak bicara itu menurut saya kurang bijaksana. Dia sepertinya memanfaatkan acara ini untuk mengejek musisi lain yang disebutnya hanya bisa menciptakan lagu tiga jurus. Si Dhukun ini memosisikan diri seperti komposer dan penyanyi yang paling hebat. Kurang menghargai musisi lain yang sudah sama-sama ditelan zaman.

0 Response to "Deddy Dhukun dan Dian Pramana Putra"

Posting Komentar