Yang namanya laptop itu, ya, komputer jinjing atau komputer pangku. Beda dengan desktop alias komputer meja atau PC atau komputer di kantor atau rumah. Maka, rasanya cukup aneh ketika para pengguna laptop (atau netbook) di Surabaya biasanya memperlakukan laptop seperti desktop.
Dalam sebuah acara di Menanggal kemarin, saya dan teman-teman berebut mencari lubang alias colokan listrik untuk mengisi energi si laptop. Colokan tak banyak, sementara yang butuh colokan enam orang, termasuk saya. Hanya dua orang yang tenang-tenang saja karena baterainya bandel.
“Mengapa tidak dicas di rumah dulu? Anda kan sudah tahu sekarang ada ujian yang mewajibkan peserta pakai laptop?” kata penguji dari Jakarta.
“Sudah dicas, Pak, tapi ternyata tidak kuat dipakai dalam waktu lama. Mohon maaf, kami harus ngecas di sini,” kata saya. Si penguji bisa memaklumi. Syukurlah, panitia ternyata sudah mengantisipasi masalah yang memang sudah lazim ini.
Yah, persoalan klasik di Indonesia memang baterai si laptop yang tidak tahan lama. Laptop baru sekalipun sulit bertahan empat jam. Jangankan empat jam, tiga jam saja susah.
“Punya kita kan buatan China, Bung! Kalau laptop yang mahal sih mungkin bisa tahan lama,” kata seorang teman disambut tawa teman-teman lain.
Syukurlah, saat ini barang-barang made in China, termasuk laptop dan komputer, begitu menumpuk di pasaran. Harganya cuma setengah bahkan sepertiga dari produk sejeni buatan Jepang. Tapi kata pepatah lama: kalah membeli menang memakai, menang membeli kalah memakai!
Murahnya harga harus kita bayar dengan kerepotan mencari colokan listrik ke mana-mana ketika berada di luar rumah. Maka, laptop pun semakin terlihat seperti desktop atau PC biasa yang membutuhkan setrum listrik AC secara langsung. Bukan lagi listrik yang disimpan di baterai sehingga pemakai bisa menulis dengan santai di hutan atau pelosok terpencil yang belum terjangkau listrik.
Ngomong-ngomong soal baterai laptop yang lemot, saya rada khawatir dengan program mobil listrik alias mobil baterai yang sedang ramai dibuat di tanah air sekarang. Pertanyaannya sederhana saja: baterai mobil listrik itu tahan berapa lama? Bayangkan bila beberapa mobil mogok di tengah jalan karena baterainya suak. Lampu baterai untuk camping di kawasan hutan, lagi-lagi buatan China, yang di brosurnya tertulis tahan 36 jam, ternyata yang saya alami hanya menyala bagus selama dua jam.
Yah, pokoknya hati-hati saja dengan semua peralatan yang pakai baterai. Jangan punya harapan terlalu tinggi. Kita ambil positifnya saja: bahwa laptop, terlepas dari kelemotan baterainya, tetap unggul dari PC karena ukurannya jauh lebih kecil, hemat tempat, efisien, bisa dibawa ke mana-mana, dan seterusnya.
0 Response to "Laptop, desktop, baterai lemot"
Posting Komentar