Surabaya sejak dulu dikenal sebagai kota panas. Tapi panasnya Surabaya bulan ini, kata beberapa orang tua yang usianya di atas 70 tahun, lebih panas dari dulu. Sejak akhir September 2012 sampai sekarang semua orang di Surabaya mengeluh panas, panaaassss.... panasssss.
Saya perhatikan termomoter saya (buatan Tiongkok), suhu siang hari pernah tembus 37-38 Celcius. Badan Meteorologi dan Klimatologi Juanda minggu lalu bilang suhu Surabaya 36 Celcius. Yah, rata-rata 35 derajat Celcius. Bagus untuk menjemur kerupuk, tapi bisa membahayakan manusia kalau suhu terus naik. Bisa mati kita orang!
Suhu yang ekstrem membuat orang sulit tidur. Kipas angin tidak mempan. Hanya AC yang bisa melawan panasnya udara Surabaya sekarang.
Apakah hanya Surabaya yang panas? Ternyata tidak. Saya baru saja ke Malang, Trawas, Tretes, Batu... tempat-tempat yang dulu dianggap paling sejuk di Jawa Timur. Angka di termometer memang tidak seekstrem di Surabaya, tapi tetap gerah. Malang bukan lagi kota dingin. Jolotundo di Trawas yang dekat Gunung Penanggungan pun terasa pa nas pada siang hari.
Mengapa panas begitu merata di Jawa Timur?
Kata orang pintar, panasnya matahari Surabaya karena posisi sang surya memang sedang berada di atas wilayah Surabaya dan sekitarnya. Dus, surya terlihat begitu dekat dengan Kota Pahlawan. Sang surya sedang dalam perjalanan ke wilayah 23 derajat lintang selatan. Begitu kira-kira pelajaran ilmu pengetahuan bumi dan antariksa yang saya peroleh di SMP San Pankratio, Larantuka, Flores Timur, tempo doeloe.
Celakanya, sejak beberapa tahun terakhir musim hujan tidak lagi jatuh bulan Oktober (seperti pelajaran SD zaman dulu), tapi sudah bergeser jauh ke akhir November atau pertengahan Desember. Biasanya, hujan lebat dan merata menjelang Natal.
Karena itulah, perjalanan tahunan sang surya ke wilayah selatan tidak terhalang oleh hujan atau mendung. Sinar matahari benar-benar paripurna memapar Surabaya dan wilayah-wilayah lain yang sama lintangnya di peta. Apa boleh buat, kita harus terbiasa menerima anomali cuaca akibat climate change yang memang sudah lama terjadi.
Sepanas-panasnya Surabaya, kita masih bisa berteduh di bawah pohon rindang. Saat menikmati sate kelapa di Jalan wali Kota Mustajab, rasanya sejuk sekali karena jalan strategis itu dinaungi pohon-pohon yang sangat lebat. Ngopi siang hari di pinggir Kalimas pun asyik karena ada pohon-pohon yang lebat.
Maka, gerakan menanam pohon harus makin digalakkan di Surabaya. Bikinlah hutan yang banyak di dalam kota. Jangan cuma nanam hutan beton saja.
0 Response to "Suhu Surabaya yang ekstrem panas "
Posting Komentar