Di pojok timur Vihara Majapahit dibangun asrama untuk para bhante atau rohaniwan Buddha. Setiap hari mereka bermeditasi, melakukan olah spiritual, serta melayani pengunjung dari berbagai daerah di tanah air.
Suasana Vihara Majapahit di Trowulan, Mojokerto, ini sepi. Tapi menjadi sangat ramai saat hari raya Waisak atau acara buddhis lain. Bhante Ratanapanno mengajak saya melihat kamarnya. Wow, ternyata, kamar bhante-bhante Buddhayana ini sangat sederhana. Mirip kamar kos kelas menengah ke bawah.
Tapi, berbeda dengan kamar kos mahasiswa atau karyawan, yang dilengkapi televisi, tapi recorder, bahkan komputer atau laptop, kamar para bhikku ini hanya berisi satu tempat tidur. Tak ada hiasan, aksesoris, atau barang-barang berharga. Hanya ada sebuah meja kecil yang ditumpuki buku-buku rohani.
“Kamar saya dan teman-teman, ya, seperti ini. Sebab, kebutuhan kami di sini juga tidak banyak,” ujar bhante asal Jawa Tengah ini.
Syukurlah, Bhante Ratanapanno dkk tak perlu memikirkan makan dan minum karena sudah disediakan Yayasan Lumbini, pengelola vihara yang diresmikan Maha Sthavira Ashin Jinarakkhita dan Gubernur Jawa Timur Soelarso pada 31 Desember 1989 ini. Di sana tersedia ruangan makan yang luas.
Siapa yang mencuci pakaian banthe?
“Ya, kami mencuci sendiri. Toh, pakaian kami nggak banyak. Sederhana saja,” katanya.
Bhante Ratanapanno mengatakan, para rohaniwan Buddhayana ini setiap hari tak hanya berkutat dengan urusan meditasi dan olah spiritual. Mereka juga melakukan pekerjaan-pekerjaan fisik seperti masyarakat biasa. Cuci piring, kerja kebun, budidaya tanaman, dan sebagainya.
Saat ini ada 24 banthe yang tinggal di kompleks Mahavihara Majapahit. Namun, menurut Ratanapanno, para bhante yang selalu tampil dengan kepala pelontos ini sering ditugaskan ke berbagai kota untuk pembabaran dhamma. Memberikan pembekalan dan pendampingan rohani kepada umat.
“Kalau Waisak atau acara-acara besar lain baru kumpul semua di sini. Bahkan, beberapa banthe dari luar negeri pun datang bergabung,” ujar Bhante Ratanapanno.
Saya senang berada di kompleks vihara, ikut melihat dari dekat kamar para banthe, dan kegiatan rutin mereka. Pola hidup sederhana, asketis, berusaha menjauh dari hiruk-pikuk modernisasi yang membuat manusia semakin sibuk dan sibuk, sehingga sering lupa keutamaan hidup.
Nammo buddhaya!
0 Response to "Menengok Kamar Banthe yang Sederhana"
Posting Komentar