Kondisi jalan raya di Lembata, kabupaten pemekaran Flores Timur, sudah lama dikeluhkan warga. Tapi selama 10 tahun lebih tidak ada tanda-tanda akan diperbaiki.
Ketika Andreas Manuk terpilih menjadi bupati periode kedua, orang berharap beliau meninggalkan warisan infrastruktur jalan yang baik. Tidak perlu hotmix atau mulus kayak di Jawa tapi lumayanlah. Sayang, Pak Ande lengser dengan kondisi jalan yang buruk.
Orang Lembata rupanya sudah kehilangan suara untuk protes jalan yang hancur. Anggota DPRD turun reses, jaring aspirasi, tapi hasilnya masih nihil. Jalan yang sudah buruk bertambah buruk karena sama sekali tak ada sentuhan perbaikan.
Di Lembata seakan-akan tidak ada pemerintah. PNS makin banyak, bangun kantor pemkab, gedung DPRD dsb, tapi jalan raya yang sangat vital itu justru bukan prioritas. Maka orang lantas menjadi bersahabat dengan jalan rusak. Menganggapnya sebagai hal biasa. Hanya turis asing atau pendatang dari Jawa yang curhat lewat internet. Tapi juga tidak akan dibaca oleh bupati dan anak buahnya.
Setelah Yance Sunur jadi bupati Lembata, orang berharap banyak pada politikus Tionghoa itu. Segera perbaiki jalan yang mangrak bertahun-tahun. Benahi infrastruktur. Kasihan sudah terlalu banyak korban sia-sia di jalan yang brengsek itu.
Sayang, sampai awal 2013 ini belum ada gebrakan untuk memperbaiki jalan raya. Akibatnya, Lewoleba - Bungamuda yang hanya 22 km butuh waktu hampir dua jam dengan sepeda motor atau mobil.
Mudah-mudahan duet Yance-Mado mau memperbaiki jalan raya di seluruh Lembata dalam lima tahun masa bakti. Untuk apa kita punya kabupaten sendiri kalau infrastruktur dasar saja tidak bisa ditangani?
0 Response to "Jalan raya di Lembata hancur parah"
Posting Komentar