Untuk apa ada Natal kalau kita tidak bertobat? Menyesali diri?
Wah, khotbah pastor SVD di Wonokromo ini halus, datar, tidak menggebu-gebu tapi menyentil umat. Petang itu saya coba renungkan khotbah sembari mengetik di ponsel. Umat yang disebelah menyangka saya bermain-main HP selama misa, perbuatan terlarang yang selalu diumumkan di gereja.
Advent, Natal, tahun baru....
Sebelumnya, Oktober bulan rosario.
Tahun liturgi yang selalu berganti dengan cepat. Kita larut dalam rutinitas kerja, santai, pesiar, cari duit... tahu-tahu sudah Desember. Masa Adventus, kata orang gereja. Apa yang kita lakukan?
Di Jawa Timur, yang Katoliknya segelintir, super minoritas, bahkan kayaknya kalah banyak sama Pentakosta, lingkaran tahun liturgi tidak terasa layaknya di NTT, khususnya Flores. Tidak ada orang yang menegur kita kalau tidak ke gereja. Absen misa berminggu-minggu pun tak ada yang tahu. Tak ada yang mengingatkan untuk doa rosario.
Semua terserah individu. Mau ke gereja, sepadaan, nonton bola, plaza, mal, berenang... terserah padamu! Ini benar-benar tantangan sekaligus peluang untuk merawat kesadaran. Harus mencari ruang waktu yang sempit di hari Minggu agar bisa mengikuti perayaan ekaristi di Surabaya yang rata-rata berlangsung 75 menit alias satu jam lebih 15 menit.
Tapi manusia kota selalu merasa sibuk atau pura-pura sibuk. Sering kita tak punya waktu ke gereja, cuma satu jam lebih, tapi punya waktu berjam-jam duduk di depan televisi untuk menonton siaran langsung sepakbola. Atau, pesiar, wisata, rekreasi, berjam-jam atau beberapa hari... tapi merasa tak punya waktu untuk Tuhan.
Selamat memasuki masa Advent!
0 Response to "Masa Advent Masa Bertobat"
Posting Komentar