Ciamsi di Mbah Ratu - Jumat Legi

blogger templates


Selepas magrib suasana di kompleks Kelenteng Sam Poo Tay Jien, Jalan Demak Surabaya, lebih meriah dari biasanya. Tak hanya orang Tionghoa, sebagian besar pengunjung justru bukan Tionghoa.

Mereka langsung menuju ke konter ciamsi di pojok depan tempat ibadah Tridharma yang biasa dikenal dengan Kelenteng Mbah Ratu itu. Si pengunjung menggoyang-goyangkan bambu untuk mengetahui nomor kuponnya. Kertas kecil itu kemudian dibawa ke Suhu Tan yang duduk di depan kelenteng.

"Nomormu berapa?"  suhu  76 tahun ini bertanya. Begitu pengunjung menyebut nomornya, Suhu Tan secara spontan menyampaikan wejangannya.

"Kamu ini ibarat pohon kering yang meranggas. Hidupnya sangat sulit, tapi masih bisa hidup karena disayangi Tuhan," kata suhu bernama lengkap Tan Go Ie ini. "Kamu bisa paham?"

Si wanita 30-an tahun ini menggeleng. Maka, sang suhu pun menjelaskan dengan bahasa yang lebih gamblang. Menurut Suhu Tan, situasi ekonomi orang itu tergolong sangat sulit karena penghasilan yang sudah sedikit dikelola dengan tidak bijak.

"Kamu itu terlalu boros. Jadi, mulai sekarang kamu harus benar-benar hemat," kata suhu yang praktik sejak 1990 di Kelenteng Mbah Ratu ini.

Begitulah. Sepanjang malam Jumat Legi itu puluhan pengunjung berdatangan untuk mengetahui peruntungannya lewat ciamsi. Metode peramalan ala Tiongkok kuno ini ternyata punya banyak penggemar. Ini terbukti dari banyaknya pengunjung yang sudah menjadi langganan tetap Mbah Ratu setiap Kamis Kliwon. Banyak di antara mereka yang datang dari luar kota seperti Sidoarjo, Mojokerto, Jombang, hingga Madiun.

"Saya sudah tiga kali datang ke sini karena ramalan suhu biasanya cocok. Saya ingin tahu ramalan beliau agar lebih hati-hati," kata seorang ibu yang datang bersama anak gadisnya.

Tak hanya ciamsi, Suhu Tan juga membaca garis tangan pengunjung Mbah Ratu. Pria yang tinggal di kawasan Wonosari, Surabaya, ini juga memberikan banyak wejangan kepada pengunjung yang tangannya dianggap bocor.

"Tangan bocor itu maksudnya punya sifat boros. Suka membeli barang-barang yang sebenarnya tidak benar-benar dibutuhkan,"  Suhu Tan menjelaskan.

0 Response to "Ciamsi di Mbah Ratu - Jumat Legi"

Posting Komentar