Puluhan umat Kelenteng Pak Kik Bio Surabaya Sabtu (23/6/2012) mengadakan perayaan Pecun atau Toan Ngo. Selain sembahyang bersama, sebagian jemaat mendirikan telur ayam.
Surya Aji menjelaskan, perayaan Pecun setiap tanggal 5 bulan kelima Imlek ini sangat khas karena posisi bulan, bumi, dan matahari berada pada garis lurus. Gravitasi yang ditimbulkan pun paling besar. Karena itulah, telur bisa didirikan dengan mudah.
"Paling efektif mulai jam 11.00 sampai 13.00," jelas pengurus kelenteng di Jl Jagalan ini.
Tak ingin melewatkan momentum pecun yang cuma sekali setahun, anak-anak, remaja, dewasa, hingga lansia mencoba mendirikan telur ayam yang sudah disiapkan panitia. Ternyata butuh ketenangan dan ketelatenan. Ada yang bisa dengan mudah mendirikan telur, ada yang cuma satu dua butir, dan ada yang tak mampu mendirikan sebutir pun.
"Kalau dicoba pelan-pelan pasti bisa," kata Surya kepada saya. Maklum, selama satu jam saya tak mampu mendirikan sebutir telur pun.
Selain mendirikan telur, perayaan pecun atau duan wu juga ditandai dengan pesta bacang. Masyarakat Tionghoa umumnya memesan makanan yang terbuat dari ketan berisi daging ini bersama keluarga.
"Kalau zaman dulu hampir semua keluarga memasak sendiri di rumah. Tapi sekarang bisa dipesan di toko-toko tertentu," kata Gunawan, warga Tionghoa yang selalu mengadakan pesta bacang di rumahnya.
Menurut dia, secara harfiah pecun berarti mendayung perahu. Karena itu, komunitas Tionghoa di daerah-daerah tertentu seperti Singkawang atau Cisadane biasa mengadakan lomba dayung perahu setiap tanggal 5 bulan kelima Imlek. Acara tahunan ini biasa disaksikan ribuan orang dan menjadi daya tarik pariwisata.
"Kalau di Jatim pecun ini kurang begitu menonjol karena hanya diadakan di lingkungan kelenteng atau rumah tangga," kata Gunawan.
0 Response to "Dirikan telur di Pak Kik Bio"
Posting Komentar