
Ada beberapa kampung terpencil di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Di antaranya, Pucukan, Bromo, Dem, dan Kepetingan alias Ketingan. Namun, Kepetingan dianggap punya nilai lebih karena kampung kecil di Dusun Sawohan, Kecamatan Buduran, itu terdapat makam Dewi Sekardadu. Dewi Sekardadu tak lain ibunda Raden Patah alias Sunan Giri.
Petilasan ini sering menjadi jujukan para peziarah dari berbagai daerah, khususnya komunitas nelayan. Bahkan, setiap tahun ribuan nelayan asal Bluru Kidul dan Balongdowo mengadakan ritual nyadran ke makam ini.
Karena itu, Kepetingan menjadi kampung yang sangat terkenal di kalangan nelayan Sidoarjo. Ketika mereka mencari kerang, kupang, atau ikan, mereka selalu mampir di Kepetingan untuk minum atau istirahat. Bahkan, sejak dulu ada ikatan perkawinan antara warga Kepetingan dengan Bluru Kidul serta Balongdowo.
Menurut Ansori, putra asli Kepetingan, kampung halamannya ini sejatinya merupakan permukiman nelayan dan penjaga tambak. Mereka sejak dulu bekerja sebagai buruh atau penjaga tambak milik juragan-juragan asal Buduran, Sidoarjo, dan sebagainya. Lama-kelamaan berkembang menjadi kampung atau dusun seperti sekarang.
"Orang-orang di kampung saya itu sangat sederhana," kata Ansori yang mantan ketua KPU Sidoarjo itu.
Rumah-rumah penduduk khas gubuk-gubuk penjaga tambak. Ini juga tak lepas dari ketiadaan akses jalan sehingga sulit membawa bahan bangunan ke Kepetingan. Sementara jalur sungai pun tidak mulus karena harus melihat air pasang dan air surut.
Persoalan lain yang tak kalah serius adalah pendidikan anak-anak. Tidak mudah membuka SD di Kepetingan yang terisolasi itu. Sebab, mencari guru-guru pamong yang mau mengabdi di pelosok terpencil memang tidak gampang. Syukurlah, dengan makin populernya Ketingan, perhatian pemkab pun semakin membaik.
Pada awal tahun 2000-an pemkab membuat makam Dewi Sekardadu secara permanen. Dermaga kecil pun dibuat karena kawasan muara ini digadang-gadang sebagai salah satu andalan wisata Sidoarjo.
Sayang, konsep wisata pantai yang dikombinasikan dengan wisata mangrove dan wisata ziarah ternyata tidak jalan. Hingga Bupati Win Hendrarso lengser pada 2010 lalu, impian menjadikan Kepetingan sebagai primadona wisata Sidoarjo boleh dikatakan gagal. Padahal, sudah ada sejumlah pihak untuk mempromosikan potensi Kepetingan.
Jumaadi alias Gepenk, pelukis Sidoarjo yang tinggal di Sydney, pernah membawa beberapa orang Australia untuk menggelar workshop bersama anak-anak. Pelukis Djoko Lelono pun mengajak anak-anak Kepetingan melukis bersama dalam rangka pemecahan rekor Muri. Tapi upaya seniman nekat ini pun belum ada tindak lanjut sampai sekarang.
"Butuh kerja ekstra untuk menjadikan Kepetingan sebagai objek wisata," kata Joko.
Kendala paling serius adalah ketiadaan akses jalan darat. Ini membuat pengunjung kesulitan dalam memprediksi waktu ke sana.
Di saat Kepetingan tetap stagnan, antara lain karena pemkab tak punya uang, BPLS berhasil membuka akses ke Tlocor, kawasan tambak yang dulu lebih terpencil ketimbang Kepetingan. Citra Tlocor pun berubah drastis. Kini, Telocor bahkan telah menjadi jujukan utama wisatawan yanh ingin menikmati wisata mangrove atau pantai di Kabupaten Sidoarjo.
Dusun Kepetingan pun kian tenggelam saja. Kepetingan baru terasa marak hanya pada musim nyadran komunitas nelayan Bluru Kidul atau Balongdowo.
0 Response to "Wisata kampung tambak di Sidoarjo"
Posting Komentar