Gaya Ahok Bikin Cemas Tionghoa

blogger templates


Saya suka gaya Basuki Tjahaja Purnama, wakil gubernur Jakarta, yang tegas, blakblakan, tanpa basa-basi. Bicaranya lurus tanpa diplomasi layaknya politisi. 

Ahok alias Basuki ini termasuk ini memang benar-benar manusia langka. Latar belakangnya minoritas Tionghoa, Kristen, orang luar Jakarta, tapi keberaniannya luar biasa. Bukan tipe safety player layaknya golongan minoritas yang biasanya sangat hati-hati bicara atau bertindak. 

Ungkapan Jawa, "ngono yo ngono tapi ojo ngono" sepertinya tak berlaku untuk Ahok. "Saya hanya takut konstitusi, bukan konstituen. Kalau konstituen melanggar konstitusi ya kita sikat," kata bekas bupati Belitung Timur ini. 

Selasa, 22 Oktober 2013, saya mengikuti wawancara Ahok di tvOne. Wow, keras sekali omongannya. Benar-benar pemimpin yang bernyali. Kata-katanya nerocos begitu saja tanpa khawatir kata-katanya menyinggung orang lain, meskipun orang lain itu warga yang melanggar aturan atau konstitusi. 

"Saya tidak ambil pusing dipilih kembali atau tidak pada tahun 2017. Saya dan Pak Jokowi hanya bekerja sesuai konstitusi," katanya. 

"Kalau memang kami tidak dipercaya, ya, silakan pilih orang lain yang bisa mengurus Jakarta," Ahok menambahkan. Nadanya tetap tegas meski sering tersenyum. 

Beberapa waktu lalu saya sempat berdiskusi dengan sejumlah warga Tionghoa di Surabaya. Tak hanya pengusaha, beberapa di antaranya Tionghoa intelektual, doktor lulusan Barat, ada yang tinggal lama di Taiwan, aktivis NGO, dosen, hingga agamawan. 

Mereka geleng-geleng kepala melihat sikap Ahok yang terlalu tegas. "Seharusnya lebih diplomatislah. Bagaimanapun dia itu politisi," kata teman Tionghoa yang baru pulang dari Taiwan. 

"Tidak apa-apa. Justru ketegasan ala Ahok itu dibutuhkan. Toh yang dia katakan itu tidak ada yang salah," ujar saya. 

"Tapi ya jangan kelewat tegas kayak gitulah. Mestinya Ahok bisa memperhalus bahasanya. Dia gak cocok jadi presiden," teman Tionghoa lain menimpali. 

Yah, saya bisa memahami kegundahan orang Tionghoa di Jawa. Secara sosiologis, psikologis, dan politik sangat berbeda dengan Tionghoa Belitong ala Ahok atau Tionghoa NTT seperti bupati di kampung saya yang Tionghoa. Orang Tionghoa di luar Jawa sudah biasa bercampur baur dengan penduduk setempat. 

Biasa ngobrol, ngopi bareng. Biasa blusukan ke kampung-kampung dan menginap di rumah penduduk desa yang sederhana beralas tanah. Makan makanan kampung seperti orang-orang desa lainnya. Karena itu, Tionghoa luar Jawa seperti Ahok sejak kecil sudah biasa ceplas-ceplos, bicara apa saja yang dianggap benar. 

Sebaliknya, Tionghoa di Jawa punya masalah psikologis dan historis yang berbeda dengan di NTT atau Kalimantan Barat atau Bangka Belitung. Tionghoa di Jawa cenderung punya komunitas atau kelompok sendiri. Punya semacam sekat atau jarak dengan yang bukan Tionghoa. 

Karena itu, ketika Basuki Ahok muncul ke permukaan dengan gaya blak-blakan ala Tionghoa luar Jawa, orang-orang Tionghoa di Jawa pun terkaget-kaget. Kok ada ya orang Tionghoa bisa seberani itu ya? Minoritas kok berani banget?

Ahok menjawab, "Saya hanya takut sama Tuhan dan konstitusi!"

Kita dukung Ahok untuk memberantas preman-preman kelas teri hingga kelas kakap di Jakarta! Ahok ini ibarat Kwan Kong yang punya pedang sakit, tak kenal takut, dan selalu menang.

Sent from my BlackBerry® via Smartfren EVDO Network

0 Response to "Gaya Ahok Bikin Cemas Tionghoa"

Posting Komentar