Kapasan Dalam di Surabaya Utara semakin menunjukkan diri sebagai kampung Bhinneka Tunggal Ika. Ratusan warga yang berbeda etnis, ras, agama, afiliasi politik bersama-sama melestarikan upacara sedekah bumi yang digelar tiap tahun menjelang hari jadi Guru Khonghucu itu.
Senin malam, 30 September 2013, warga Tionghoa, Jawa, Madura, berbaur dalam proses mengarak tumpeng dan aneka hasil bumi ke lokasi sedekah bumi di depan panggung pergelaran wayang kulit.
Seorang modin memimpin doa dalam bahasa Jawa dan diaminkan beramai-ramai juga dalam bahasa Jawa.
Seorang modin memimpin doa dalam bahasa Jawa dan diaminkan beramai-ramai juga dalam bahasa Jawa.
"Saya jadi ingat pengalaman waktu masih kecil ketika upacara seperti ini digelar di berbagai kampung. Syukurlah, warga Kapasan Dalam masih melestarikan sampai sekarang," kata Sawung Jabo, musisi asal Surabaya, yang menghadiri sedekah bumi ini.
Pentolan Sirkus Barock itu mengaku baru tiba dari Australia dan langsung meluncur ke Kapasan Dalam. Didampingi temannya, Hengky Kurniadi, yang juga pemerhati sejarah dan budaya, Sawung Jabo mengaku kaget mendengar bahwa upacara sedekah bumi ini sudah berlangsung 117 kali.
Antusiasme serupa diperlihatkan Hengky Kurniadi. Dia memuji warga Kapasan Dalam yang masih aktif melestarikan tradisi leluhur di tengah arus globalisasi yang kerap menyapu budaya dan kearifan lokal. Mengutip pesan Bung Karno tentang Trisakti, Hengky menegaskan bahwa bangsa yang besar harus mampu berdaulat di bidang kebudayaan.
"Dan wayang kulit yang dimainkan di Kapasan Dalam oleh teman saya Boen Liong, dalang keturunan Tionghoa asli Kapasan, merupakan seni budaya kita yang wajib dilestarikan," ujar Hengky didampingi pengurus Kelenteng Boen Bio.
Hengky juga memuji Kapasan Dalam sebagai miniatur keberagamaan Indonesia, permukiman yang layak disebut kampung Pancasila. Di samping Kelenteng Boen Bio terdapat gereja dan mushala.
"Warganya juga bermacam-macam mulai Tionghoa, Jawa, Madura, bahkan ada yang berasal dari luar Jawa," katanya.
Usai selamatan menikmati tumpeng, warga dan undangan dihibur musik campursari dilanjutkan dengan pergelaran wayang kulit semalam suntuk. "Lakone Dewa Amral," ujar The Boen Liong, dalam keturunan Tionghoa bergelar Ki Sabdha Suteja.
Sent from my BlackBerry® via Smartfren EVDO Network
0 Response to "Kampung Tionghoa Kapasan Gelar Sedekah Bumi Ke-117"
Posting Komentar