Ketika kampus-kampus seakan berlomba mengkloning gaya band-band top mancanegara itu. Ketika kaset-kaset rock, metal, diputar keras-keras di koskosan mahasiswa di hampir semua kota di Indonesia, khususnya di Jawa. Ketika Log Zhelebour begitu bersemangat menggelar festival musik rock yang finalnya berlangsung di Stadion Tambaksari, Surabaya.
Log Zhelebour rupanya masih antusias membawa Skid Row ke Surabaya. "Sekali rock tetap rock. Surabaya itu dari dulu barometer musik rock. Makanya, saya bawa grup-grup legendaris ke sini," kata Log Zhelebour yang sempat tenggelam di industri musik dalam beberapa tahun terakhir.
Sayang, atmosfer musik hari ini sudah jauh berbeda dengan era 1980-an dan 1990-an. Band-band besar di masa lalu malah tidak dikenal anak muda masa kini. Mereka punya idola sendiri, akses musik tak terbatas di internet. Mereka tak bisa lagi didikte oleh produser, promotor, atau pengusaha hiburan macam Log Zhelebour dan sejenisnya.
Karena itu, kedatangan Skid Row, Steelheart, dan Firehouse disambut biasa-biasa saja. Hanya orang-orang lawas yang datang ke hotel untuk menyambut idolanya. "Aku malah gak kenal sama sekali," kata seorang wartawan musik berusia 23 tahun kepada saya. Ironis, karena pemuda ini gandrung musik.
Saya pun sudah lama kehilangan antusiasme terhadap band-band lawas. Tak pernah lagi menonton konser musik, kecuali pergelaran musik klasik seperti Surabaya Symphony Orchestra dan wayang kulit. Padahal, dulu saya hampir tak pernah absen bila ada konser pop atau rock di Surabaya atau Malang.
Yang bikin saya kecewa, mengapa Skid Row, Steelheart, Firehouse tidak bikin konser di tanah air ketika masih di puncak kejayaan? Kok datang setelah semua personelnya sudah kakek-kakek? Kenapa tidak datang dari dulu-dulu?
Syukurlah, saya masih sempat menyaksikan Helloween di Stadion Tambaksari, ketika band metal asal Jerman ini masih berjaya. Kalau gak jaya, mana mungkin main di stadion sebesar Tambaksari?
Syukurlah, beberapa waktu lalu Metalicca manggung di Jakarta, Gelora Bung Karno, dan disaksikan ribuan penggemar musik cadas dari seluruh Indonesia. Saya pun sebenarnya ingin melihat langsung, tapi pekerjaan tidak memungkinkan. Tapi saya bersyukur Metalicca tetap prima dan tetap berjaya hingga kakek-kakek.
Saya kira, di dunia ini hanya Metalicca yang bisa begini.
0 Response to "Skid Row, Steelheart, Firehouse, dan Metalicca"
Posting Komentar