Konversi agama artis Bella Saphira dari Kristen ke Islam diliput besar-besaran di tanah air. Sejumlah tabloid bahkan membahas persoalan pribadi ini secara panjang lebar. Meski Bella tak banyak bicara soal keputusan penting itu, media tetap saja menyediakan beberapa lembar untuk memuat soal ini.
Bisa ditebak Bella pindah agama karena hendak menikah dengan Agus, mayor jenderal TNI. Hal yang sangat wajar dilakukan seorang wanita untuk menyesuaikan agama calon suaminya. Sebab di Indonesia memang tidak dikenal pernikahan beda agama.
Kalau mau menikah ya salah satunya harus mengalah. Tinggal kuat-kuatan saja ibarat tarik tambang tujuh belasan. Tak ada win win solution di Indonesia untuk urusan seperti ini. Jangankan pasangan Islam-Kristen, sama-sama kristiani pun kalau doktrin gerejanya beda, yang satu baptis selam, satunya baptis percikan saat bayi, pasti tak akan bisa menikah. Pihak Kristen evangelical itu selama ini menganggap baptisan Katolik tidak sah sehingga harus dipermandikan ulang.
Weleh weleh weleh.....
Yang agak mengherankan, beberapa hari terakhir ini kita membaca di media bahwa keluarga Bella Saphira rupanya tidak merestui pernikahan Bella dan Agus. Tak jelas yang tidak direstui itu Bella jadi muslimah ataukah karena menikah dengan Mayjen Agus.
Jangan-jangan orang tua Bella sudah menyediakan calon suami untuk sang pemain sinetron itu. Jangan-jangan karena bukan sesama etnis. Atau mungkin akumulasi dari berbagai alasan yang memang sudah klasik.
Apa pun alasan dan pertimbangannya, menurut saya, pihak keluarga harus menghargai pilihan anaknya. Termasuk memilih agama yang berbeda dari orang tua. Mau pindah agama, mau nikah dengan jenderal, dengan pengusaha, artis, pegawai negeri, terserah pilihan sang anak.
Jangan lupa, Bella Saphira sudah berusia 40 tahun sehingga punya kematangan untuk menentukan pilihan hidupnya. Termasuk pindah agama atau menikah dengan laki-laki tertentu. Sudah bukan masanya lagi orang tua memaksakan keinginan kepada sang anak.
Tapi memang harus diakui komunalisme masih sangat kuat berlaku di Indonesia. Sehingga urusan pindah agama terlalu sering melibatkan orang-orang di luar individu yang bersangkutan. Pihak keluarga, tetangga, kerabat, teman, hingga media ikut meramaikannya. Berbeda dengan masyarakat Barat yang punya integritas individu sangat tinggi.
"Saya bebas memeluk agama apa saja yang saya kehendaki. Termasuk tidak memeluk agama apa pun," kata Clara, wanita asal Swiss, kepada saya. Dia pun jadi muslimah karena menikah dengan laki-laki Jawa Timur.
Orang tua kamu enggak marah? "Memangnya saya anak kecil? Di Eropa agama itu benar-benar urusan privat. Beda sekali dengan di Indonesia," katanya.
Kembali ke Bella Saphira. Di satu sisi kita berharap pihak orang tua sang artis bermarga Simanjuntak itu bisa menghormati pilihan anak, di sisi lain pihak sebelah pun tidak perlu bersorak-sorai karena si Bella murtad dari agama lamanya. Biasa sajalah. Proporsional dan tidak berlebihan.
Ketika duduk di bangku SMP di Larantuka, ibu kota Kabupaten Flores Timur, NTT, saya pernah menanyakan kasus semacam Bella Saphira ini kepada guru agama Katolik. Saya bertanya mengapa anak-anak balita dipermandikan oleh ayah ibunya. Bukankah kanak-kanak itu belum mampu berpikir dan memilih agama sendiri?
Pak Petrus, guru agama Katolik, itu mengatakan orang tua yang beragama Katolik memang berkewajiban untuk mempermandikan anaknya, mendidik dan mengajarkan agama Katolik kepada anaknya. Pendidikan agama yang paling utama, menurut guru saya dulu itu, adalah keteladanan orang tua. Orang tua yang rajin misa, doa angelus tiga kali sehari, selalu doa sebelum dan sesudah makan, rutin sembahyang pagi dan sembahyang malam, rajin membaca kitab suci. Senang menyanyikan lagu-lagu rohani atau liturgi di rumah.
Bahwa setelah dewasa si anak memilih untuk pindah agama, karena merasa agama lain lebih cocok, tak ada seorang pun yang bisa melarang. Termasuk orang tuanya. Contoh paling populer adalah Yudas Iskariot. Kurang dekat apa si Yudas sama Yesus Kristus?
Meskipun pindah agama, kata pak guru, dia tetaplah mendapat hak untuk dicintai sama seperti sebelum pindah agama. Pihak orang tua Bella pun tak perlu malu atau merasa gagal mendidik anaknya hanya karena sang putri jadi mualaf.
Horas!
Sent from my BlackBerry® via Smartfren EVDO Network
0 Response to "Bella Saphira bebas pindah agama"
Posting Komentar