Yang paling parah adalah di jalan raya Pasarkembang. Sudah bertahun-tahun jalan raya ini dikuasai ratusan pedagang burung. Mereka menguasai separuh badan jalan seakan-akan, mengutip kata-kata Ahok, milik emak mereka. PKL tak mau tahu kalau jalan utama ke Tanjungperak itu macet total.
Lebih parah lagi setelah kawasan itu dibikin jalan layang. Makin hancurlah kenyamanan warga kota terbesar kedua di Indonesia itu. Anehnya, polisi pamongpraja dan petinggi pemkot diam saja. Bu RIsma yang biasa blusukan pun belum punya gebrakan untuk menertibkan pedagang burung di Pasarkembang.
Minggu siang suasana lebih runyam lagi. Jalan raya di samping Giant malah ditutup PKL dan jukir. Ratusan motor menghalangi warga yang hendak melintas di situ. Sejak kapan jalan raya berubah fungsi sebagai pasar burung?
Pemkot yang dipimpin Bu Rima sudah waktunya bertindak tegas untuk menegakkan undang-undang dan perda. Jalan raya harus dinormalkan kembali. Aneh, kota besar kok kondisinya semrawut seperti itu. Di mana pemkot? Mana parlemen yang mengaku wakil rakyat itu?
Gebrakan Jokowi-Ahok di Jakarta seharusnya menjadi inspirasi bagi Surabaya. Terlalu banyak jalan raya yang diokupasi pedagang kaki lima. Di kawasan Ngaglik dan Gembong para PKL pun kembali berulah meski pernah ditertibkan pada era Bambang DH. Kini mereka berulah lagi meskipun belum separah di Pasarkembang.
Tentu saja, sebelum menertibkan, pemkot harus lebih dulu menyiapkan lokasi baru untuk para PKL itu. Bikinlah sebuah kompleks pasar burung yang luas di Surabaya. Jadi, nanti tempat itu tidak hanya untuk jualan burung dan makanannya tapi juga bisa ditampilkan kontes burung berkicau, ayam ketawa, unggas langka dan sebagainya.
Mumpung Surabaya belum separah Jakarta.
Sent from my BlackBerry® via Smartfren EVDO Network
0 Response to "Pedagang burung kuasai jalan raya"
Posting Komentar