Sabtu lalu saya tak sengaja berjumpa Lia di sebuah agen travel. Gadis asal Banyuwangi ini lagi menunggu mobil travel dekat Bandara Juanda ke Genteng kampung halamannya. Lia cuma membawa satu tas punggung dan satu jinjingan. Ringkas banget.
Saya yang lagi ngopi mengajaknya berbincang santai karena hanya kami berdua di kantin itu. Wow, Lia cakap Melayu Malaysia, logat Jawa dan Indonesianya sudah takberasa. Macam pelakon-pelakon di film kartun Upin Ipin yang populer di Indonesia. Lia sudah tiga tahun bekerja di Malaysia di rumah orang Tionghoa Malaysia.
"Orang Cina di Malaysia pintar dan pandai berniaga. Mereka boleh bercakap banyak bahasa: Melayu, Hokkian, Mandarin, Indonesia, juga paham Jawa sikit-sikit," kata Lia.
Saya bertanya pendapatnya tentang orang Tionghoa di Malaysia. "Orang Cina di Malaysia itu banyak sangat," kata cewek manis ini.
Lia juga senang karena majikan Tionghoanya membayar tiket mudik ke Surabaya. Wah, punya banyak ringgit nih? "Tak banyak lah. Yang penting Lia bisa balik jumpa ibu bapa di kampung," katanya.
Bekerja di Malaysia bagi Lia cukup menyenangkan. Namun tiga tahun sudah cukup untuk menyerap ilmu dari encik-encik di negara jiran itu. Khususnya encik-encik Tionghoa yang pandai benar berniaga itu.
Lia tak hendakberniaga pula di kampung? Saya bertanya dalam bahasa Melayu yang kurang fasih. "Ya, Lia cuba belajar berniaga sambil jaga emak saya. Lia lebih suka tinggal di kampung halaman," katanya.
Sayang, obrolan santai dengan TKW Malaysia itu terhenti. Mobil travel yang ditunggu pun tiba. Selamat jalan Lia, semoga sukses buka usaha di kampung halaman. Dan selamat hari raya Idulfitri!
Sent from my BlackBerry® via Smartfren EVDO Network
0 Response to "Ketika TKW Malaysia balik kampong"
Posting Komentar