![]() |
Soekarwo, Eggi, Bambang DH, Khofifah |
Sampai sekarang sekitar 300 pengungsi asal Sampang, Madura, masih bertahan di rusunawa Jemundo, Sidoarjo. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono belum lama ini datang ke Surabaya antara lain membahas persoalan ini. Tapi belum jelas mereka dipulangkan ke kampung halaman di Madura.
Harapan presiden agar mereka bisa berlebar di kampungnya jelas tak kesampaian. Sudah ada upaya dialog tapi belum ada titik terang. Menteri Agama Suryadharma Ali malah meminta para pengungsi berpaham Syiah itu dicerahkan dulu agar bisa pulang.
Lantas, bagaimana sikap empat calon gubernur Jawa Timur terhadap masalah Syiah di Sampang ini?
Semuanya kurang cerah alias abu-abu. Maklum, masalah Syiah ini sangat sensitif dan dianggap kontraproduktif dengan elektabilitas.
Para cagub, termasuk inkumben, tentu saja memilih suara khalayak ramai, ulama Madura, yang ingin komunitas itu taubat nasuha alias dicerahkan dulu. Terlalu dekat dengan pengungsi Syiah bisa membuat kandidat tidak disukai karena dianggap mendukung aliran sesat.
Isu ini pula yang kita dengar saat kampanye di Madura hari-hari ini. Para cagub mau tak mau mengikuti suara massa yang menolak masuknya aliran sesat di Madura. Sudah terang aliran sesat apa yang dimaksud.
Karena itu, tidak mungkin empat cagub ini merangkul 300 pengikut Tajul Muluk dengan risiko kehilangan jutaan suara. Padahal, konstitusi kita jelas menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk menganut agama/keyakinan tertentu. Pasal-pasal tentang hak asasi manusia pun sudah dimasukkan di dalam UUD 1945.
Tak hanya Syiah, dalam debat kandidat di televisi, cagub independen Eggi Sudjana pun saya perhatikan agak gamang menjawab pertanyaan Prof Ayu Sutarto tentang aliran kepercayaan. Guru besar Universitas Jember ini bertanya bagaimana sikap Eggi Sudjana terhadap 65 aliran kepercayaan yang ada di Jawa Timur.
"Kita kembali ke konstitusi," kata Eggi Sudjana. Namun, Eggi menambahkan, para penganut aliran kepercayaan itu perlu terus didakwahi agar....
Bel pun berbunyi.
Begitulah. Masalah agama, kepercayaan, sekte, denominasi, memang sangat sensitif di Indonesia, tak hanya di Jawa Timur. Ketika sudah berurusan dengan pemilihan kepala daerah, pemilihan umum legislatif, pemilihan presiden... elektabilitas, popularitas, maka seorang politisi atau kandidat kepala daerah pun memilih untuk memihak keinginan massa.
Sent from my BlackBerry® via Smartfren EVDO Network
0 Response to "Pilgub Jatim dan Nasib Pengungsi Sampang"
Posting Komentar