Betapa bedanya suasana jika saya, yang Katolik tradisional ala Flores, bicara dengan jemaat Advent, Pentakosta, GKJW, GPIB, GKI, Bethany cs, Reformed, Bala Keselamatan, dan sebagainya. Sebab, masing-masing denominasi Kristen Protestan ini punya selera, gaya bicara, jargon, fokus perhatian, yang sangat berbeda.
Orang-orang Bethany dan karismatik umumnya sangat doyan bicara soal tabur tuai. Siapa menabur banyak akan menuai banyak. Yang tidak menabur ya tak akan bisa memanen. Kemudian soal 10 persen. Ujung-ujungnya duit! Gaya kebaktiannya pun hiruk-pikuk ala konser musik rock dengan sound system yang menggelegar. Di gereja-gereja macam ini terjadi iflasi kata Haleluya!
Beda betul dengan Advent atau nama resminya Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh alias GMAHK. Setiap pagi Pak Tulus Sentana dan istri, Bu Molly, tak pernah absen jalan pagi. Olahraga rutin. Usai berolahraga, mereka menenteng aneka buah-buahan segar. Pagi kemarin pasangan suami-istri yang juga guru bahasa Inggris ini membawa pisang, mangga, pepaya, dan sayur-mayur.
Tiada hari tanpa buah dan sayur. Saya biasa menyapa pasutri Tulus-Molly, kemudian jadi sangat akrab. Bahkan saya selalu dikasih jatah pisang atau mangga. "Makan buah dan sayur itu sangat sehat. Kalau bikin jus jangan kasih gula, malah tidak bagus," kata Bu Molly seraya tersenyum.
Sudah lama saya mengenal Pendeta Andreas Suranto, mantan pemimpin tertinggi Gereja Advent di Jawa Timur, yang bermarkas di Tanjunganom, Surabaya. Karena itu, saya sangat paham ke mana arah pembicaraan Bu Molly dan Pak Tulus. Jelas itu berkaitan dengan rukun iman atau kredo Gereja Advent. Sebuah aliran gereja yang sangat menekankan vegetarianisme. Pantang makan makanan hewani alias yang bernyawa.
Di Gereja Advent sering ada ceramah tentang makanan sehat, bahaya gula putih, bahaya makan daging, dan ajaran-ajaran lain tentang makanan. Food law yang dipetik dari Perjanjian Lama. Pasutri Tulus-Molly sudah puluhan tahun mempraktikkan vegetarian, layaknya jemaat Advent yang setia.
"Ngomong-ngomong, vegetarian yang dilakoni Bu Molly ini karena pertimbangan kesehatan?" saya bertanya.
"Kesehatan juga. Tapi, yang paling penting, ini sesuai firman Tuhan. Alkitab yang mengatakan begitu," jawabnya.
Saya jadi ingat buku lama karya Ellen G White, tokoh utama Gereja Advent, yang diberikan pengurus Advent di Surabaya beberapa tahun lagi kepada saya. Buku-buku Nyonya White sangat menekankan hal itu. Tapi saya juga tahu ada juga jemaat Advent yang sekali-sekali masih makan makanan bernyawa.
"Bagaimana kalau makan ikan?" kata saya.
Pak Tulus menjawab dengan bertanya, "Ikan itu punya rupa atau tidak?"
Hehehe.... Makin sadarlah saya bahwa pasutri ini memang jemaat Advent yang luar biasa. Mereka sudah menjadikan vegetarianisme sebagai bagian dari hidup. Bukan untuk diet sesaat, ikut-ikutan, tapi karena imannya sebagai umat Tuhan yang setia pada Gereja Advent.
Dan, keduanya ingin agar orang lain, khususnya tetangga dan warga satu RT pun mengikuti pola hidup sehat, menghindari makanan yang punya rupa, agar terjadi keseimbangan alam. Betapa stresnya hewan-hewan ketika akan disembelih.
"Masak, kita yang manusia tega membunuh sesama makhluk hidup untuk dimakan?" kata Bu Molly.
Saya pun tertawa sekaligus membenarkan tesis yang disampaikan umat Advent ini. Yang pasti, diskusi dengan orang Advent selalu menarik dan menyenangkan. Sebab, saudara-saudari Advent fokus bicara makanan sehat, pentingnya buah-buahan dan sayur, olahraga, pikiran yang tenang, hidup sederhana.
Beda banget dengan jemaat gereja aliran haleluya yang sangat fokus pada tabur-tuai, uang, 10 persen, berkat dan diberkati, ibadah raya yang menggelegar, kesaksian-kesaksian artis hebat (tapi beberapa bulan kemudian murtad), atau makan-minum mewah di restoran.
0 Response to "Orang Advent yang Peduli Kesehatan"
Posting Komentar