Selama dua hari jalan-jalan di Madura, woi... hujan deras menimpa pulau garam yang mestinya beriklim kering itu. Di mana-mana terlihat genangan air. "Hujan turun hampir tiap hari," kata Bu Yuyun, pengurus Kelenteng Bangkalan, kepada saya.
Saya memang sering mampir ke kelenteng di tengah kota itu karena kenal dekat dengan Bu Yuyun. Sudah seperti keluarga sendiri. Di belakang ada semacam pendapa untuk istirahat tamu dan pengunjung.
Ketika hujan deras di Bangkalan, saya berdoa agar Surabaya pun diguyur hujan. Buat membersihkan debu-debu yang sudah menumpuk di mana-mana. Buat menghilangkan sumuk karena kelembaban yang sangat tinggi.
Eh, tiba di Jembatan Suramadu sama sekali tak ada tanda-tanda hujan. Surabaya tetap kering meskipun mendung. Besoknya juga tidak hujan. Aneh, Madura hujan melimpah, Surabaya belum disiram sama sekali oleh sang hyang punya hujan di langit sana.
Jangan-jangan karena terlalu banyak pawang hujan di Surabaya? Ketika Bangkalan hujan deras, di Surabaya sedang banyak hajatan besar yang mengharuskan adanya pawang hujan. Seperti gelar wayang kulit Partai Golkar di kawasan Indrapura, dekat Tugu Pahlawan. Juga banyak lagi acara-acara perusahaan dan sebagainya yang open air.
Percaya atau tidak, pawang hujan ini cukup ampuh memindahkan awan gelap ke tempat lain. Madura pun jadi sasaran. Hehehe... Analisis khas pinggir jalan ini terdengar tidak ilmiah tapi sering dipercaya banyak orang. Seperti jasa pawang hujan yang selalu ada setiap kali ada hajatan besar.
Kamis ini, 14 November 2013, koran dan televisi Jakarta memberitakan banjir di Jakarta dan sekitarnya. Kompas memasang foto besar banjir di Pesanggrahan, Jakarta Selatan, kawasan Ulujami tenggelam. Rupanya Jakarta sudah mulai pemanasan musim hujan.
Kok Surabaya belum hujan? Belum banjir? Tentu saja kita tidak mengharapkan banjir karena akan merugikan sekian banyak masyarakat. Kita berdoa dan berusaha agar tidak banjir di mana pun.
Tapi, ketika cuaca makin hari makin sumuk, kulit yang sudah gelap terpanggang matahari, maka kadang muncul celotehan yang rada nyeleneh. Kapan ya Surabaya juga kebanjira kayak Jakarta? Oh, Jakarta, kirimkan airmu ke Surabaya agar kami pun bisa menikmati udara yang lebih sejuk.
Sent from my BlackBerry® via Smartfren EVDO Network
0 Response to "Surabaya kapan banjir?"
Posting Komentar